AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Ada banyak aspek yang dipertimbangkan oleh seseorang ketika memilih pasangan hidup, mulai dari rasa cinta, prinsip hidup, hingga faktor ekonomi. Satu aspek lain yang sebenarnya juga penting untuk dipertimbangkan namun kerap terlupakan adalah rhesus darah.
Secara umum, setiap orang bisa memiliki rhesus positif atau rhesus negatif. Perbedaan status ini ditentukan oleh ada atau tidaknya protein bernama faktor rhesus di permukaan sel darah merah.
"Bila Anda tidak memiliki protein tersebut, Anda Rhesus negatif. Mayoritas masyarakat, atau sekitar 85 persen, adalah rhesus positif," ungkap Cleveland Clinic melalui laman resminya, seperti dikutip pada Sabtu (20/1/2024).
Perempuan dengan rhesus negatif yang menikahi laki-laki dengan rhesus positif dapat berisiko mengalami inkompatibilitas atau ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan rhesus ini terjadi ketika perempuan dengan rhesus negatif mengandung janin yang memiliki rhesus positif.
"Selama kehamilan, komplikasi bisa terjadi bila Anda rhesus negatif dan janin Anda rhesus positif," lanjut Cleveland Clinic.
Ketika terjadi inkompatibilitas rhesus, sistem imun ibu akan bereaksi terhadap perbedaan faktor rhesus janin di dalam rahimnya. Perbedaan ini akan mendorong tubuh ibu untuk memproduksi antibodi. Antibodi tersebut akan mendorong sistem imun ibu untuk menyerang sel darah merah janin di dalam kandungannya karena dianggap sebagai benda asing.
"Dokter Anda bisa mencegah agar kondisi ini tidak terjadi dengan memberikan Anda suntikan globulin imunoglobulin," tambah Cleveland Clinic.
Akan tetapi, inkompatibilitas rhesus bisa menjadi masalah bila terjadi pada lebih dari satu kali kehamilan. Bila ibu dengan rhesus negatif kembali hamil dengan janin rhesus positif, tubuh ibu akan memproduksi antibodi yang bisa membuat janin lebih berisiko terhadap komplikasi.
Antibodi tersebut bisa masuk ke dalam darah janin dan menyerang sel darah merah janin. Kondisi yang dikenal sebagai penyakit rhesus ini bisa mengancam jiwa bagi janin.
Mengenali Penyakit Rhesus
Menurut National Health Service (NHS) melalui laman resminya, penyakit rhesus tidak berdampak pada ibu dan hanya mengenai janin atau bayi mereka. Sekitar 50 persen bayi yang terdiagnosis dengan penyakit rhesus menunjukkan gejala yang ringan dan bisa diobati dengan mudah.
Bila penyakit rhesus muncul saat janin masih di dalam kandungan, janin tersebut bisa mengalami anemia zat besi. Anemia ini terjadi karena sel darah merah mereka mengalami kerusakan yang lebih cepat akibat serangan antibodi.
Kondisi ini dapat membuat darah janin....