Kondisi ini dapat membuat darah janin menjadi lebih encer dan mengalir dengan lebih cepat. Biasanya, kondisi ini tak memunculkan gejala berarti namun bisa terdeteksi melalui pemindaian ultrasound Doppler.
"Pada anemia yang berat, komplikasi penyakit rhesus seperti pembengkakan internal, bisa terdeteksi saat pemindaian," tutur NHS.
Sedangkan pada bayi yang baru dilahirkan, penyakit rhesus dapat menyebabkan terjadinya anemia hemolitik dan sakit kuning. Pada beberapa kasus, bayi juga bisa memiliki tonus otot yang rendah.
Bayi baru lahir yang memiliki penyakit rhesus biasanya tak selalu langsung menunjukkan gejala. Gejala-gejala ini umumnya muncul dalam kurun waktu tiga bulan setelah bayi dilahirkan.
Anemia hemolitik terjadi ketika antibodi dari ibu masuk ke darah ibu melalui plasenta. Antibodi tersebut akan menyerang darah bayi dan menghancurkan sel darah merah mereka. Kondisi tersebut dapat membuat sang bayi terlihat berkulit pucat, sulit makan, tampak kuning, dan napas terlihat cepat.
Sedangkan sakit kuning atau //jaundice// merupakan kondisi menguningnya kulit dan bagian putih mata bayi. Kemunculan sakit kuning ini dapat disebabkan oleh penumpukan bilirubin di dalam darah bayi.
Bilirubin adalah senyawa berwarna kuning yang secara alami dibuat oleh tubuh ketika sel darah merah dipecah. Biasanya, bilirubin akan dipisahkan dari darah oleh organ hati sehingga dapat dibuang melalui urin.
Namun pada bayi dengan penyakit rhesus, banyaknya sel darah merah yang dipecah membuat bilirubin menumpuk di dalam darah. Di sisi lain, organ hati mereka tidak bisa memroses penumpukan bilirubin yang tinggi tersebut.