Anak yang terlihat aktif pun, menurut Radhian, belum tentu terhindar dari stunting. Sebab, kebutuhan kalori dalam tubuhnya tidak adekuat dengan kebutuhan energi untuk beraktivitas.
"Kasus lain, MPASI banyak buah dan banyak sayur, yang terjadi kayak keju, santan, daging nggak dikasih, yang ada kurus-kurus saja, itu salah satunya problemnya banyak informasi jadi bingung yang mana, paling gampang dari satu lembaga, agak susah kalau bergantung pada satu dokter, influencer pasti ada salah-salah," katanya.
Radhian pun menyarankan agar orang tua mengikuti satu sumber saja dari yang terpercaya, misalnya Kementerian Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia. Dokter lulusan Universitas Indonesia itu menyarankan pentingnya meningkatkan kesadaran akan stunting di 1.000 hari kehidupan juga harus dipahami tidak hanya orang tua, namun orang yang ikut mengasuh anak seperti kakek dan nenek.
Informasi yang tepat terkait pemberian makan dengan kalori yang tercukupi dan informasi tumbuh kembang anak dari sumber yang tepat dapat mencegah anak dari risiko stunting.