AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat, Dr Tan Shot Yen mengatakan para orang tua perlu memperhatikan tekstur makanan pendamping air susu ibu (MPASI) saat sedang melatih bayi untuk bisa memakan makanan yang dikonsumsi keluarga. Bayi belajar makan secara bertahap dari makanan lunak hingga padat.
"Banyak orang tua berpikir bahwa anak itu otomatis bisa naik tekstur (langsung mengonsumsi makanan padat). Nah ini bahaya ya," katanya dalam diskusi mengenai MPASI yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (2/2/2024).
Tan menilai bayi belajar untuk makan makanan padat secara bertahap, dari makanan lunak, agak bertekstur, hingga makanan padat sebagaimana yang dikonsumsi oleh keluarga, bukan serta-merta dipengaruhi faktor usia yang bertambah.
Salah satunya, kata dia, distimulasi oleh perilaku bayi yang menyusu kepada ibunya. Menurutnya, perilaku tersebut dapat melatih kemampuan otot yang kemudian digunakan untuk dapat memakan makanan yang lebih bertekstur.
"Karena ini bedanya puting ibu dengan dot. Nah, makanya saya selalu mengatakan hindari dot, karena dot itu akhirnya kan cuma sekedar ujung yang dilubangi ya. Maka, air susunya akan ngocor begitu saja tanpa perlu anaknya berusaha," ujarnya.
Tan menyebutkan orang tua juga perlu memperhatikan rasa makanan. Menurutnya, bayi di usia tersebut sedang mengeksplorasi berbagai macam rasa makanan.
Ia menganjurkan agar orang tua memberikan makanan segar yang dibuat sendiri, bukan makanan instan, serta terdiri atas berbagai jenis, seperti ayam, ikan, hati ayam, sayur, dan buah.
Pada usia tujuh bulan, sambungnya, anak juga perlu diperkenalkan terhadap makanan yang lebih keras atau yang biasa dikenal dengan istilah finger food. "Finger food itu bisa, misalnya wortel kukus, labu siam kukus, bisa buah-buah lunak. Tolong diingat, kalau pertama kali memperkenalkan finger food, biasakan dijaga anaknya," ucapnya.
Teksturnya, katanya, mulai perlahan-perlahan naik level, seperti itu. Jadi memang butuh konsentrasi orang tua untuk memperhatikan betul bagaimana respons anak terhadap makanan yang diberikan.
Sebelumnya, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Lovely Daisy mengatakan pemberian MPASI merupakan upaya intervensi untuk membantu tumbuh kembang anak agar dapat berkembang lebih baik, serta mencegah anak dari sejumlah penyakit dan stunting.
"Ternyata, MPASI yang diberikan oleh ibu, yang diberikan oleh pemasok, itu tidak mencukupi nutrisinya. Ini yang perlu kita perbaiki, kita sosialisasikan kepada masyarakat. Selain itu, juga di saat ini kemungkinan anak-anak kita banyak yang sakit dan nutrisinya juga tidak cukup," tambahnya.
Untuk menghadapi hal tersebut, Kemenkes melakukan sejumlah upaya guna meningkatkan cakupan ASI eksklusif dan MPASI, di antaranya dengan mengadakan pelatihan konseling menyusui dan penyegaran konselor ASI, pembentukan kelompok kerja (Pokja) Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), telekonseling menyusui, penyiapan indikator data rutin ASI dan MPASI, serta dukungan PMBA melalui Gizi Bencana.