Hal itu menimbulkan keyakinan bahwa sel T bayi hanyalah versi yang lebih lemah dari sel T dewasa. Namun, selama pandemi Covid-19, banyak ilmuwan terkejut dengan hampir tidak adanya kasus penyakit itu pada bayi, sehingga keyakinan lama ini dipertanyakan.
Tertarik untuk memahami perbedaan terkait usia ini, Rudd dan Grimson menemukan bahwa sel T bayi yang baru lahir tidak mengalami kekurangan. Sebaliknya, mereka terlibat dalam bagian sistem kekebalan yang tidak memerlukan pengenalan antigen, yaitu bagian bawaan dari sistem kekebalan.
Meskipun sel T dewasa menggunakan imunitas adaptif (mengenali kuman tertentu untuk kemudian melawannya), sel T pada bayi yang baru lahir diaktifkan oleh protein yang terkait dengan imunitas bawaan. Itu adalah bagian dari sistem imun yang menawarkan perlindungan cepat namun tidak spesifik terhadap mikroba yang belum pernah ditemui tubuh.
"Makalah kami menunjukkan bahwa sel T neonatal tidak mengalami gangguan, mereka hanya berbeda dari sel T dewasa dan perbedaan ini kemungkinan mencerminkan jenis fungsi yang paling berguna bagi inang pada tahap kehidupan yang berbeda," ungkap Rudd.
Hal ini memungkinkan sel T yang baru lahir melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh kebanyakan sel T dewasa, yakni merespons pada tahap awal infeksi dan bertahan melawan berbagai macam bakteri, parasit, dan virus yang tidak diketahui. Namun, sel T neonatal sebenarnya memiliki kemampuan yang lebih baik untuk melindungi inang terhadap infeksi tahap awal.
"Jadi, tidak mungkin dikatakan sel T dewasa lebih baik dari sel T neonatal atau sel T neonatal lebih baik dari sel T dewasa. Hanya saja, fungsinya berbeda," tutur Rudd.