AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Gelaran Oscar 2024 dipenuhi dengan aksi untuk mendukung gencatan senjata di Palestina, di mana para selebriti mengenakan pin berwarna merah hingga berbendera Palestina. Billie Eilish adalah salah satu dari banyak selebriti yang mengenakan pin pada acara yang digelar Ahad (10/3/2024).
Selebriti lain yang mengenakan pin untuk menunjukkan dukungan bagi warga Palestina di wilayah yang dilanda perang itu termasuk saudara laki-laki Eilish, Finneas, Ramy Youssef, Mark Ruffalo, Ava DuVerany, dan Swann Arlaud. Turut mengenakan pin berbentuk lingkaran merah dengan tangan di dalamnya dan hati tanda cinta hitam di telapak tangan adalah Quannah Chasinghorse, Riz Ahmed, Swann Arlaud, dan Milo Machado Graner.
Berdasarkan data yang telah dirilis pejabat kesehatan Gaza, lebih dari 30 ribu warga Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober 2023. Pin itu mewakili kampanye Artists4Ceasefire yang menampilkan hampir 400 seniman menandatangani surat terbuka kepada Presiden Joe Biden, untuk mendorong gencatan senjata di Timur Tengah.
Beberapa yang ikut serta dalam kampanye itu termasuk nominasi Oscar 2024 Bradley Cooper dan America Ferrera, serta pemenang Oscar sebelumnya Cate Blanchett dan Ben Affleck. Rapper Yahudi Drake dan Jennifer Lopez juga menandatangani surat tersebut.
“Pin tersebut melambangkan dukungan kolektif untuk gencatan senjata segera dan permanen, pembebasan semua sandera dan pengiriman bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Gaza. Kasih sayang harus menang,” kata Artists4Ceasefire dalam sebuah pernyataan.
Genosida yang dilakukan Israel belum ditunjukkan pada upacara lain selama musim penghargaan 2024, sebuah fakta yang tidak luput dari perhatian aktor Poor Things, Youssef. “Ada bagian dari diri kalian yang berharap hal itu seharusnya tidak terjadi. Ada sebagian dari kita yang berharap kita sudah mencapai gencatan senjata, padahal kenyataannya belum,” ujar dia di red carpet, melansir Variety.
Aksi militer Israel di Gaza juga diangkat ke panggung Oscar ketika The Zone of Interest meraih penghargaan Best International Feature. Film ini menunjukkan kehidupan sehari-hari keluarga Nazi yang kepala keluarga mereka adalah seorang komandan di kamp konsentrasi Auschwitz di mana sekitar 1,1 juta orang terbunuh, sebagian besar adalah orang Yahudi.
“Film kami menunjukkan arah terburuk dari dehumanisasi. Ini membentuk masa lalu dan masa kini,” kata sutradara dan penulis film tersebut, Jonathan Glazer.
“Saat ini kami berdiri di sini sebagai orang-orang yang menyangkal ke-Yahudi-an mereka dan Holocaust dibajak oleh pendudukan yang telah menyebabkan konflik bagi begitu banyak orang yang tidak bersalah. Baik para korban 7 Oktober di Israel atau yang sedang berlangsung sekarang terhadap Gaza. Semua korban dehumanisasi ini, bagaimana kita melawannya?” ujar dia lagi.