Balita berperawakan pendek, lanjut Prof Dayanti, dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Bisa saja bayi memang terlahir pendek karena genetik atau disebabkan karena kekurangan gizi jangka panjang.
"Anak kurang gizi itu sering sakit, penyebabnya bisa jadi karena tidak punya jamban dan sumber air bersih, jadi bolak-balik diare. atau sakit melulu, misalnya batuk sampai 100 hari, sebenarnya ini bisa dicegah dengan imunisasi," ujar Prof Damayanti.
Prof Damayanti juga mengingatkan, yang sering kali tidak terdeteksi, yakni bayi lahir di bawah 2,5 kg. Bayi ini disebut juga bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
"Bayi lahir di bawah 2.500 gram itu risiko menjadi stunting 51 persen, kalau tidak segera ditangani oleh dokter spesialis anak, bisa berbahaya, maka segera ditangani agar nanti bisa dilihat apakah ASI-nya kurang, ada alergi, dan mengapa berat badannya tidak naik," tuturnya.
Untuk itu, Prof Damayanti menekankan agar balita yang terdeteksi pendek segera dirujuk ke puskesmas atau RS terdekat. Sebab, balita yang stunting otaknya tidak dapat berkembang dengan sempurna.