Hasil penelitian menunjukkan bahwa memiliki kontak dengan anak-anak di bawah usia 10 tahun dalam dua pekan terakhir, secara signifikan meningkatkan tingkat akuisisi tiga kali lipat dibandingkan dengan tidak ada kontak. Demikian pula dengan orang dewasa di atas 60 tahun yang memiliki kontak harian atau sering dengan anak-anak.
Mereka menghadapi risiko enam kali lipat lebih tinggi terhadap penularan pneumokokus. Itu jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kontak dengan anak-anak.
"Studi kami tidak menemukan bukti jelas tentang transmisi dari dewasa ke dewasa meskipun ada rumah tangga di mana seorang individu positif untuk pneumokokus di berbagai momen pengambilan sampel, dan kejadian di mana kedua orang dewasa dalam rumah tangga membawa pneumokokus sekitar waktu yang sama," kata penulis utama Dr. Anne Wyllie dari Yale School of Public Health di New Haven.
"Sebaliknya, kami menemukan bahwa transmisi paling tinggi terjadi di antara orang dewasa yang memiliki kontak sering dengan anak-anak muda. Ini menunjukkan bahwa manfaat utama vaksin pneumokokus dewasa adalah melindungi langsung orang dewasa yang terpapar anak-anak yang masih dapat membawa dan menularkan beberapa jenis pneumokokus meskipun program vaksinasi anak nasional telah berhasil," kata Wyllie.
Sejak inklusi vaksin konjugat pneumokokus (PCV) masuk dalam program vaksinasi anak di AS pada 2000, angka infeksi pneumokokus telah menurun lebih dari 90 persen pada anak-anak. Namun, efek tersebut tidak terlihat pada orang dewasa lanjut usia.
Berdasarkan temuan studi saat ini, para peneliti menyarankan agar orang dewasa lanjut usia mendapatkan vaksin pneumokokus. Rekomendasi itu berlaku bahkan di komunitas dengan cakupan imunisasi yang tinggi.
"Jika transmisi pneumokokus antar dewasa terjadi secara signifikan, maka vaksinasi orang dewasa bisa memiliki manfaat tambahan dalam mengurangi transmisi dan penyakit yang mungkin serius," kata Wyllie.