Menurut dr Mbala-Kingebeni, lesi yang lebih ringan dan lokasi lesi yang tertutup membuat mpox jadi lebih sulit untuk terdiagnosis. Situasi ini mendorong terjadinya penyebaran mpox yang senyap dan sulit terdeteksi.
Dokter Mbala-Kingebeni menyebut, sebagian besar kasus mpox yang terjadi di Congo saat ini ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang terinfeksi. Selain itu, sekitar sepertiga kasus mpox dialami oleh pekerja seks komersial.
"Risikonya adalah kita akan menghadapi transmisi (mpox) yang senyap dan tak ada seorang pun yang akan tahu, kecuali pasien itu sendiri yang muncul ke muka," ujar dr Mbala-Kingebeni.
Penularan mpox melalui hubungan seksual baru menjadi sorotan setelah wabah mpox merebak di sejumlah negara pada 2022. Kala itu, peneliti menyatakan bahwa mpox merebak lewat hubungan atau kontak seksual. Akan tetapi, WHO baru mengonfirmasi bahwa mpox bisa bertransmisi melalui hubungan seksual pada November lalu di Congo untuk pertama kalinya.