Reaksi negatif terhadap tindakan pemerintah juga dinyatakan melalui retorika yang mengisyaratkan konsekuensi yang mungkin terjadi. Menyoroti bahwa BTS telah sukses sejak awal, sebuah cicitan di X menyebut karma akan membalas perlakuan mereka.
Penggemar menyatakan dukungan mereka dengan tagar "Kami Berjuang. Kami Bersamamu, BTS. Bersama BTS Hingga Akhir." Menurut laporan dari Korea JoongAng Daily, Kementerian Kebudayaan Korea Selatan telah menerima petisi untuk menyelidiki klaim bahwa Hybe terlibat dalam praktik manipulasi tangga lagu dan membayar pihak yang memerasnya pada 2017.
Hanya saja, ada juga petisi yang meminta pencabutan Order of Cultural Merit dari BTS, jika tuduhan tersebut terbukti benar. Order of Cultural Merit sebelumnya diberikan oleh Menteri Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata.
Pada 2017, Hybe dilaporkan menjadi korban pemerasan oleh seorang individu bernama Tuan Lee beserta tiga rekannya. Hybe diduga bekerja sama dengan mereka untuk menggulirkan "strategi pemasaran ilegal" saat mempromosikan album BTS pada 2015.
Dalam dokumen pengadilan, kasusnya disebut dengan istilah "pemasaran sajaegi", mengacu pada kesepakatan yang diduga dilakukan oleh Lee dengan BigHit Entertainment, perusahaan induk Hybe. Lee disebut mengancam akan membongkar praktik sajaegi tersebut jika tidak diberi uang tutup mulut.