Forbidden City dibagi menjadi dua bagian utama. Pertama adalah Outer Court (Pelataran Luar), yang terdiri dari tiga aula besar dan ruang upacara. Sementara Inner Court (Pelataran Dalam) diperuntukkan khusus bagi kaisar dan keluarganya. Sebagai simbol kekuasaan kekaisaran, the Hall of Supreme Harmony merupakan bangunan terbesar dan terpenting di kompleks tersebut. Itu adalah tempat upacara penting kenegaraan dan penobatan kekaisaran.
Sementara bangunan the Hall of Central Harmony dan the Hall of Preserving Harmony memiliki fungsi serupa, yakni ruang pribadi kaisar untuk persiapan sebelum menghadiri atau memimpin acara penting di the Hall of Supreme Harmony. The Hall of Central Harmony dan the Hall of Preserving Harmony juga berfungsi sebagai ruang serbaguna untuk perjamuan dan pemeriksaan kekaisaran, serta lainnya.
Ukiran rumit, warna-warna cerah, dan motif simbolis yang ditemukan di seluruh Forbidden City merupakan bukti pentingnya simbolisme dalam budaya kuno Cina. Naga, burung phoenix, serta makhluk mitologi lainnya menghiasi dinding serta atap istana yang melambangkan kekuasaan, kemakmuran, dan keberuntungan.
Forbidden City berfungsi sebagai istana kekaisaran selama lebih dari 500 tahun. Selama periode itu, sebanyak 24 kaisar (14 dari Dinasti Ming dan 10 dari Dinasti Qing) tinggal dan memerintah dari sana. Pada masa silam, Forbidden City hanya diperuntukkan bagi kaisar dan keluarganya serta para pelayannya.
Karena kaisar dianggap sebagai putra surga, kompleks tersebut juga dipandang sebagai tempat suci. Oleh sebab itu, warga biasa tidak diperkenankan masuk atau berada di dalamnya. Itulah mengapa seluruh area istana disebut sebagai Kota Terlarang atau Forbidden City.
Selama Perang Candu Kedua (1856–1860), Forbidden City sempat dikuasai oleh pasukan Inggris-Prancis dan diduduki hingga akhir perang. Puyi adalah kaisar terakhir dari Dinasti Qing yang tinggal di kompleks tersebut sebelum diusir pada 1924. Pada 1925, Forbidden City dibuka untuk kunjungan umum dan dinamai the Palace Museum (Museum Istana).
The Palace Museum menyimpan koleksi lebih dari 1,8 juta artefak budaya termasuk lukisan, kaligrafi, keramik, batu giok, dan harta kekaisaran. Hanya sejumlah kecil yang dipamerkan pada waktu tertentu. Salah satu harta karun yang paling terkenal adalah koleksi jubah dan aksesoris kekaisaran. Museum tersebut juga menyimpan koleksi buku-buku kuno, manuskrip langka, dan dokumen sejarah yang memberikan wawasan berharga tentang masa lalu Negeri Tirai Bambu.
Pada 1987, UNESCO menetapkan Forbidden City sebagai Situs Warisan Dunia. Pemerintah Cina sudah melakukan proyek restorasi ekstensif juga guna memastikan kompleks tersebut tetap lestari dan terjaga.
Sementara, the Museum Palace telah menjalin kolaborasi internasional dalam bentuk penyelenggaraan pameran dan pertukaran budaya dengan museum di banyak negara. Tujuan dari kolaborasi semacam itu adalah untuk mempromosikan Forbidden City, termasuk nilai sejarah dan kebudayaannya, kepada lebih banyak warga dunia.