Selain itu, polisi juga meminta warga sekitar untuk tidak menerbangkan drone di dekat fasilitas laboratorium karena bisa membuat hewan-hewan terkejut dan stres. CEO Alpha Genesis, Greg Westergaard, mengungkap kaburnya puluhan monyet tersebut disebabkan oleh seorang penjaga yang lupa mengunci pintu kandang selama proses pemberian makan dan pembersihan.
Alpha Genesis merupakan sebuah perusahaan yang menyediakan produk primata non-manusia dan layanan penelitian biologi. Westergaard mengatakan bahwa mereka menggunakan monyet tersebut untuk membantu penelitian pengobatan gangguan penyakit otak.
Monyet yang kabur dijelaskan sebagai Rhesus Macaque betina yang sangat muda, dengan berat hanya 2,7 hingga 3,2 kilogram. Mereka juga belum pernah diteliti, sehingga diklaim aman dan tidak membawa ancaman terhadap kesehatan masyarakat saat ini.
“Hewan-hewan itu terlalu muda untuk membawa penyakit,” kata seorang juru bicara Alpha Genesis kepada polisi.
Penelitian pada monyet dimulai di akhir 1800-an
Monyet jenis Rhesus Macaque yang kabur dari laboratorium medis di Carolina Selatan adalah salah satu hewan yang paling banyak dipelajari di planet ini. Dilansir AP, manusia telah menggunakan kera rhesus untuk penelitian ilmiah sejak akhir 1800-an ketika teori evolusi semakin diterima, menurut sebuah makalah penelitian tahun 2022 oleh jurnal eLife.
Studi pertama tentang spesies ini diterbitkan pada tahun 1893 dan menggambarkan anatomi kehamilan lanjutan, menurut makalah eLife. Pada tahun 1925, Carnegie Science Institute telah membuat populasi pengembangbiakan monyet untuk mempelajari embriologi dan kesuburan pada spesies yang mirip dengan manusia.
Salah satu alasan popularitas hewan ini adalah karena jumlahnya yang melimpah. Monyet ini memiliki wilayah jelajah alami terbesar dibandingkan primata non-manusia lainnya, yang membentang dari Afghanistan dan India hingga Vietnam dan China.
“Alasan lainnya adalah karena kera rhesus, sebagai primata, merupakan spesies yang cukup tangguh. Mereka dapat hidup dalam kondisi dan mereka dapat dikembangbiakkan dalam kondisi yang relatif mudah dipelihara,” kata Eve Cooper, penulis utama makalah penelitian eLife dan profesor biologi di University of Colorado-Boulder.