Ahad 09 Feb 2025 17:05 WIB

Margo Redjo: Jejak 110 Tahun Kopi Nusantara yang tak Lekang oleh Zaman

Pabrik penyangraian Margo Redjo dibuka untuk pengunjung kedai.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Qommarria Rostanti
Suasana Rumah Kopi Margo Redjo yang berlokasi di Jalan Wotgandul Barat Nomor 14, Kranggan, Semarang Tengah, Jawa Tengah, Sabtu (8/2/2025). Margo Redjo adalah perusahaan kopi yang sudah berusia 110 tahun. Sejak 2023, Margo Redjo membuka pabrik lawasnya untuk umum.
Foto:

 

photo
Sejak 2023, Margo Redjo membuka pabrik lawasnya untuk umum. - (Republika/Kamran Dikarma)

Cagar budaya dan tur pabrik

Basuki kini tinggal di rumah bergaya Indis yang sudah diwariskan turun temurun oleh keluarga besarnya. “Rumah ini pertama kali dimiliki oleh canggah saya. Canggah itu kakeknya kakek,” ucapnya.

Menurut Basuki, rumah tersebut dibeli oleh canggahnya sekitar tahun 1870-an dari seseorang yang kala itu kekurangan uang untuk menutupi sebuah tender. “Rumah ini sudah berdiri kira-kira 20 tahun sebelumnya, 1850-an kira-kira,” ujarnya.

Basuki mengatakan, renovasi terakhir pada rumahnya dilakukan sekitar tahun 1927 oleh seorang arsitek bernama Lim Buanci. Sejak saat itu, keluarganya hanya melakukan perawatan. Tahun 1927 adalah tahun yang sama ketika Tan Tiang le, kakek dari Basuki yang juga pendiri Margo Redjo, membangun pabrik penyangraian. Rumah dan pabrik tersebut kini berdiri bersebelahan di area seluas 2.500-an meter persegi.

Pada 2018, Pemerintah Kota Semarang menetapkan kediaman keluarga Basuki sebagai cagar budaya. Namun pabrik penyangraian yang didirikan Tan Tiang le tidak termasuk di dalamnya. Basuki mengakui, kediamannya yang masih terjaga keautentikannya, menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk berkunjung ke kedai kopinya.

Pada sekitar 2022-2023, Basuki akhirnya memutuskan membuka pabrik penyangraian Margo Redjo untuk para pengunjung kedainya. Para pengunjung, setelah dikumpulkan dalam satu regu, akan dipandu oleh seorang staf berkeliling. Staf tersebut akan menceritakan sejarah perjalanan Margo Redjo, termasuk menjelaskan spesifikasi mesin-mesin sangrai yang dibeli sejak perusahaan tersebut berdiri pada 1915.

“Saya kira itu juga menjadi alasan, jadi penarik, bagi orang-orang untuk datang ke mari (kedai kopi Margo Redjo),” kata Basuki ketika ditanya alasan mengapa akhirnya mau membuka pabrik lawas Margo Redjo untuk umum.

Tama (35 tahun) adalah salah satu pengunjung yang ditemui Republika.co.id di kedai kopi Margo Redjo. Tama, yang merupakan warga Jakarta, mengaku tertarik datang ke kedai Margo Redjo karena keunikannya. “Rasa kopinya enak. Terus waktu ikut tur pabrik kopi, wawasan saya jadi terbuka banget, tergugah oleh sejarah yang kita punya, terutama di industri kopi,” ucapnya.

Fadjar Mardiansjah (55 tahun), warga asli Semarang, juga tertarik datang ke kedai kopi Margo Redjo karena keunikan dan nilai sejarahnya. Dosen di Universitas Diponegoro tersebut mengetahui kedai Margo Redjo dari platform TikTok. Dalam kunjungan perdananya ke sana, Fadjar mengajak istrinya.

Fadjar mengaku terkesan dengan perjalanan Margo Redjo. “Saya melihat tempat ini salah satu bagian dari sejarah Semarang. Saya pikir tempat ini penting, tidak hanya kalangan generasi muda, tapi juga penting mengenal bagaimana sejarah Semarang berkontribusi pada dunia,” kata Fadjar. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement