Selasa 18 Feb 2025 07:07 WIB

Puasa Intermiten Disebut Berisiko Ganggu Tumbuh Kembang Remaja

Peneliti menekankan pentingnya kehati-hatian dalam mengikuti tren diet.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Puasa intermiten (ilustrasi). Atudi terbaru menunjukkan puasa intermiten mungkin lebih berisiko bagi tubuh yang masih berkembang seperti pada remaja.
Foto: Republika
Puasa intermiten (ilustrasi). Atudi terbaru menunjukkan puasa intermiten mungkin lebih berisiko bagi tubuh yang masih berkembang seperti pada remaja.

AMEERALIFE.COM,  JAKARTA – Puasa intermiten (intermittent fasting) menjadi salah satu pola makan yang populer dalam beberapa tahun terakhir, serta dipercaya dapat menyehatkan dan membantu menurunkan berat badan. Namun sebuah studi terbaru menunjukkan puasa intermiten mungkin lebih berisiko bagi tubuh yang masih berkembang seperti pada remaja.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell Reports ini dilakukan oleh para peneliti Jerman. Dengan menggunakan model tikus laboratorium, para peneliti menemukan puasa intermiten justru mengganggu perkembangan sel-sel penting dalam tubuh tikus muda. Sebaliknya, manfaat kesehatan dari puasa intermiten hanya dilihat pada tikus yang lebih tua.

Baca Juga

Meskipun baru diujikan pada tikus, namun hasil dari studi ini menimbulkan pertanyaan krusial mengenai kelompok usia mana yang aman mencoba pola makan yang sedang tren ini?

Sebelum lebih jauh membahas studi, puasa intermiten diartikan sebagai pola makan yang melibatkan siklus antara periode makan dan berpuasa. Ada beberapa metode puasa intermiten, yang paling umum adalah 16/8, di mana seseorang harus berpuasa selama 16 jam dan makan dalam jendela waktu 8 jam. Misalnya, Anda makan dari pukul 12 siang hingga 8 malam, kemudian berpuasa hingga pukul 12 siang keesokan harinya.

Dalam tubuh kita, sel-sel khusus di pankreas menghasilkan insulin, hormon yang membantu mengontrol kadar gula darah. Sel-sel ini, yang disebut sel bet, sangat penting pada masa remaja ketika tubuh masih dalam tahap pengembangan. Peneliti menemukan bahwa pada tikus muda, puasa intermiten jangka panjang dapat mengganggu cara sel-sel ini tumbuh dan berfungsi.

“Studi kami mengonfirmasi bahwa puasa intermiten bermanfaat bagi orang dewasa, tetapi mungkin disertai risiko bagi anak-anak dan remaja,” kata Stephan Herzig, seorang profesor di Technical University of Munich dan direktur Institute for Diabetes and Cancer di Helmholtz Munich, seperti dilansir Study Finds, Selasa (18/2/2025).

Penelitian ini melibatkan tiga kelompok tikus yakni muda (setara dengan masa remaja pada manusia), dewasa, dan tua. Setiap kelompok mengikuti pola makan di mana mereka berpuasa selama 24 jam, diikuti dengan makan normal selama 48 jam. Para peneliti melacak bagaimana hal ini memengaruhi tubuh mereka baik dalam jangka pendek (5 pekan) maupun jangka panjang (10 pekan).

Pada awalnya, semua kelompok usia menunjukkan peningkatan dalam cara tubuh mereka menangani gula, yang tentu saja merupakan tanda positif. Namun setelah puasa intermiten dalam jangka panjang, perbedaan signifikan muncul di antara kelompok usia. Pada tikus dewasa dan tua terus menunjukkan manfaat, sementara pada tikus muda mulai menunjukkan perubahan yang mengkhawatirkan.

Sel pankreas pada tikus muda menjadi kurang efektif dalam memproduksi insulin, dan sel-sel tersebut tidak matang dengan baik. Yang lebih memprihatinkan lagi, perubahan sel ini menyerupai pola yang biasanya terlihat pada diabetes tipe 1, suatu kondisi yang biasanya berkembang pada masa kanak-kanak atau remaja.

“Puasa intermiten biasanya dianggap bermanfaat bagi sel beta, jadi kami terkejut menemukan bahwa tikus muda memproduksi lebih sedikit insulin setelah puasa yang diperpanjang,” jelas salah satu penulis utama Leonardo Matta, dari Helmholtz Munich.

Penelitian ini memberikan wawasan baru mengenai perbedaan cara tubuh merespons puasa intermiten berdasarkan usia. Para peneliti juga menekankan pentingnya kehati-hatian dalam mengikuti tren diet, terutama bagi individu yang sedang dalam fase perkembangan.

 

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement