AMEERALIFE.COM, JAKARTA – Limbah medis menjadi salah satu tantangan terbesar dalam mewujudkan layanan kesehatan berkelanjutan. Pada 2021, Ombudsman RI mencatat ada sekitar 138 juta ton limbah medis yang tidak dikelola dengan baik yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan.
Isu ini menjadi salah satu sorotan utama dalam Sysmex CEO Forum 2025 yang mengangkat tema “Efficient for Sustainable Healthcare”. President Director PT Sysmex Indonesia, Emilani Nababan, mengatakan permasalahan limbah medis dan mewujudkan layanan kesehatan tidak bisa dilakukan secara individual. Diperlukan kolaborasi seluruh ekosistem kesehatan, mulai dari pemerintah, rumah sakit, laboratorium dan penyedia teknologi medis.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak. Jika hanya pemerintah yang bergerak rasanya mustahil. Jika hanya satu rumah sakit yang melakukan perubahan, dampaknya tidak akan signifikan. Tetapi kalau kita bekerja sama, kita bisa menciptakan sistem kesehatan yang lebih efisien dan berdampak jangka panjang,” kata Emilani dalam sambutannya di St Regis Jakarta, Rabu (19/2/2025).
Emilani mengungkapkan fasilitas kesehatan memiliki peran krusial dalam mendukung kesehatan masyarakat. Karenanya dia berharap, fasilitas kesehatan dan semua pihak terkait bisa melakukan aksi nyata dalam mewujudkan layanan kesehatan yang berkelanjutan.
“Untuk itulah kami berharap, Sysmex dalam event-event seperti ini terus ikut menyuarakan memberikan awareness agar kita bersama-sama dari hulu ke hilir mengerjakan visi ini bersama-sama,” kata Emilani.
Searah dengan Sustainable Development Goals (SDGs), seluruh industri terpanggil untuk mengambil bagian dalam mewujudkan planet dan Indonesia yang lebih baik, demikian juga bagi industri kesehatan yang sangat dekat dengan impact sosialnya. Sysmex memahami pentingnya nilai-nilai Environment, Social, Governance (ESG) dalam menciptakan masa depan kesehatan yang berkelanjutan.
President & CEO Sysmex Asia Pacific Frank Buescher, mengatakan komitmen terhadap prinsip ESG adalah bagian dari keberlanjutan bisnis kesehatan, bukan sekadar tren sesaat. Ia menyebutkan meskipun terdapat tantangan global, termasuk kebijakan yang dapat memperlambat progres ESG, komitmen terhadap keberlanjutan tetap prioritas.
Buescher kemudian menyoroti langkah Jepang yang baru-baru ini mengumumkan target penurunan emisi lebih dari 70 persen pada tahun 2040. Menurutnya, langkah Jepang ini menjadi bukti bahwa negara-negara tetap serius menjalankan agenda ESG.
“Kita harus melakukan hal yang benar, dan kita akan terus melakukannya. Sysmex Jepang dan Asia Pasifik, terus berupaya meningkatkan dampak positif mereka terhadap lingkungan, terutama dalam sektor bisnis yang kami geluti,” kata dia.