Senin 24 Feb 2025 15:21 WIB

Pekan Film Iran Perkuat Diplomasi dengan Indonesia

Pekan film Iran ajang promosi budaya dan kearifan.

Red: Erdy Nasrul
Kegiatan pekan film Iran di Kampus UI.
Foto:

 

Film: Kepedulian Sosial

Khaje Pasha, produser film-Iran yang populer, produser yang produktif, yang telah melahirkan banyak film-realis, membagi pengalaman-nya kepada mahasiswa Universitas Indonesia, bahwa untuk menjadi seorang produser tidak se-sulit yang dibayangkan. Khaje Pasha yang berpenampilan gaya anak-muda tahun 70-an di Indonesia, dengan rambut kribow, menyatakan, bahwa ia tak menyangka karya-karya filmnya bisa mendunia, ditonton oleh masyarakat dunia, sehingga menembus-nominator Piala Oscar.

Padahal, katanya, film-film yang di produksi selama ini, tidak lebih dari pengamatan membaca, melihat fenomena sosial yang ia saksikan sehari-hari di masyarakat. Ketika melihat-menyaksikan dua orang remaja sedang beradu-pandangan mata, secara romantis, maka “getaran-rasa” dari fenomena tersebut menginspirasi Khaje Pasha menjadi sebuah film.

Bagi Khaje Pasha, keinginan membagi sesuatu yang bermanfaat bagi dunia membuat dirinya punya energi-besar untuk berkarya, bukan karena yang lain. “Apakah saya bisa memberikan arti bagi orang lain. Apakah film bisa mengantarkan pada kebaikan, kebenaran dan keadilan. Bisakah film menunjukkan jalan kebahagiaan bagi umat manusia,” kata Khaje Pasha, menjelaskan kisahnya.

Tak bisa dipungkiri, pengalaman adalah guru terbaik, bagi siapa-pun yang ingin meraih sukses. Tapi, “kejernihan fikiran,” ketajaman hati-nurani seorang Khaje Pasha --sehingga ia memiliki kepekaan sosial, dan sensitifitan-batin yang kuat, diatas rata-rata orang pada umumnya -- tentu tak semuanya bisa dibagi kepada mahasiswa. Potensi Khaje Pasha sejatinya pemberian Tuhan, untuk melakukan misi kemanusian dan keadilan, melalui karya-karya film-nya.

Kehadiran aktor dan sutradara film Iran ke Indonesia dalam Pekan Film Iran kali ini bukan semata untuk membagi pengalaman mereka dalam dunia film. Mereka juga ingin belajar lebih banyak dari budaya yang ada di Indonesia. Jika mereka bisa berdiskusi dengan sutradara film Indonesia, seperti Hanung Bramantyo, bagi mereka, ini satu kesempatan yang baik, untuk mendialogkan masa depan kebudayaan, sesama pelaku budaya di kedua negara. Pengalaman inilah yang mungkin akan berarti buat Iran.

Seperti dikatakan Konselor Kebudayaan Iran, Dr. Mohammad Reza Ebrahimi dalam sambutannya, ia optimis kerjasama kebudayaan Iran-Indonesia akan terus ditingkatkan. “Kami merasa tidak cukup dengan keadaan sekarang ini. Kita perlu tingkatkan di masa yang akan datang. Insya Allah bisa”, katanya.

Bagi Indonesia, juga tak kalah penting, karena dengan diskusi, bisa mengambil pelajaran dari banyak negara, termasuk Iran dalam konteks film. Sejauh ini sudah ada wacana untuk membuat film bersama Iran-Indonesia. Rencana ini bisa memberikan arti-penting bagi kemajuan diplomasi kedua negara. Kepentingan kedua negara akan makin kuat, jika pembuatan film bersama bisa dirintis sejak dini.

“Dengan akar budaya yang kuat kedua negara, bukan mustahil Iran adalah negara yang paling mungkin berkolaborasi membangun produk-produk ekonomi kreatif di Indonesia, “kata Zaenul Ula, koordinator pelaksana Pekan Film Iran di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

Indonesia bukanlah Iran, demkikian sebaliknya. Tapi Iran dan Indonesia lebih dekat secara budaya, ketimbang kedekatan dengan negera-negara Asean sekalipun. “Jika kedua negara Iran-Indonesia kerjasama dalam bidang film, musik dan seni, tentu kemajuan ekonmi-nya akan melebihi negara-negara di Asean, misalnya.”

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement