AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Menyusul kejadian meninggalnya dua pendaki perempuan di Carstensz Pyramid, Papua Tengah, pada Sabtu (1/3/2025), para pendaki diimbau mewaspadai dua kondisi kesehatan berbahaya yakni Acute Mountain Sickness (AMS) dan hipotermia. Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr Faisal Parlindungan Sp.PD mengatakan keduanya sama-sama bisa berbahaya jika tidak segera ditangani dengan baik.
"Keduanya bisa berbahaya jika tidak ditangani dengan baik, terutama dalam kondisi ekstrem di gunung," kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, baru-baru ini.
Dia mengatakan penyebab, gejala, dan penanganan kondisi AMS dan hipotermia berbeda.
Menurut dia, AMS terjadi akibat kekurangan oksigen di daerah ketinggian, biasanya di ketinggian di atas 2.500 meter.
"Tubuh tidak terbiasa dengan kadar oksigen rendah, sehingga muncul gejala seperti sakit kepala dan mual. Kondisi ini disebut juga sebagai altitude sickness," kata dia.
Sedangkan kondisi hipotermia, ia mengatakan, terjadi karena penurunan suhu tubuh akibat paparan dingin dalam waktu lama. "Hipotermia terjadi akibat paparan suhu dingin dalam waktu lama, menyebabkan suhu tubuh turun di bawah 35 derajat Celsius," kata dia.
Dokter Faisal menjelaskan gejala AMS utamanya sakit kepala, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, lemas dan kelelahan, susah tidur, serta pusing atau rasa melayang. Sedangkan kondisi hipotermia, ia melanjutkan, menyebabkan tubuh menggigil hebat, kulit pucat dan dingin, bicara kacau, kebingungan, tidak responsif, serta denyut jantung dan pernapasan melambat.
Menurut dia, orang yang mengalami gejala AMS sebaiknya turun dari ketinggian, beristirahat, menghindari aktivitas fisik berlebihan, minum banyak air, dan menghindari minuman beralkohol. Sedangkan orang dengan gejala hipotermia, ia melanjutkan, harus dipindahkan ke tempat yang lebih hangat serta dihangatkan.
"Beri pakaian hangat atau selimut, minum cairan hangat dan berkalori tinggi, serta hindari pemanasan mendadak," kata dia.
Untuk mencegah risiko AMS, ia menyarankan para pendaki melakukan aklimatisasi, mencukupkan asupan cairan, dan naik secara bertahap selama pendakian.
Kondisi hipotermia, ia melanjutkan, antara lain bisa dicegah dengan menggunakan pakaian hangat berlapis saat melakukan pendakian.
"Hindari kondisi basah atau angin kencang," ujar dr Faisal.