AMEERALIFE.COM, JAKARTA --mDalam film terbarunya, Mickey 17, sutradara asal Korea Selatan Bong Joon-ho memberikan penjelasan mengenai inspirasi karakter Kenneth Marshall yang diperankan oleh Mark Ruffalo. Marshall digambarkan sebagai pemimpin koloni yang kejam namun komikal di planet es Niflheim, dengan obsesi terhadap kekuasaan dan perhatian publik.
Karakter ini memicu spekulasi luas, terutama mengenai apakah ia merupakan parodi dari tokoh politik tertentu, seperti Donald Trump. Namun, Bong Joon-ho menegaskan bahwa Marshall bukan representasi tunggal dari seorang diktator.
Dalam wawancara dengan Vulture, Bong Joon-ho menjelaskan karakter Marshall adalah gabungan berbagai inspirasi dari tokoh-tokoh politik di dunia nyata. "Mark Ruffalo menunjukkan kepada saya foto dan artikel berita tentang seorang gubernur Amerika tertentu, dan saya menunjukkan kepada Mark foto seorang politisi Korea tertentu yang terus-menerus kalah dalam semua pemilihan," ungkap Bong dikutip dari laman Screen Rant pada Senin (10/3/2025).
"Yang paling sering kami bicarakan adalah bahwa diktator bisa sangat mengerikan dan menjengkelkan, tetapi mereka memiliki kualitas menawan yang mereka gunakan untuk memikat massa," kata dia lagi.
Bong Joon-ho menyoroti fenomena di mana orang-orang secara aktif menginginkan kepemimpinan diktator. "Ada orang yang menginginkan kediktatoran. Saya telah melihat orang-orang itu dari dekat. Dalam adegan mimpi buruk itu, Toni Collette pada satu titik mengatakan, 'Kamu menginginkannya, aku menginginkannya, kita semua menginginkannya,' dan itu adalah hal yang konyol untuk dikatakan, tetapi pada saat yang sama, itu juga sangat nyata. Itulah mengapa kita memiliki diktator yang menggunakan sistem politik untuk berkuasa. Kita memiliki diktator yang dipilih melalui pemungutan suara, bukan melalui kudeta," ujar sutradara film Parasite ini.
Karakter Marshall dalam film Mickey 17 merupakan karikatur dari berbagai aspek kediktatoran, yang dibangun melalui kolaborasi antara Bong Joon-ho dan Mark Ruffalo. Mereka menciptakan sosok yang menjengkelkan namun karismatik, yang mampu memimpin koloni di planet asing. Marshall, dengan sifatnya yang sombong dan kasar, tetap berhasil mengumpulkan pengikut setia, yang rela mengikutinya ke planet yang tidak dikenal. Motivasi utamanya adalah kontrol, dan ia menggunakan sistem politik untuk mendapatkan kekuasaan tanpa batas.
Sebelum memulai koloni luar angkasanya, Marshall telah mengalami kekalahan dalam beberapa pemilihan, namun ia tetap memanfaatkan posisinya dalam politik untuk mewujudkan ambisinya. Keinginannya untuk menguasai Niflheim dan memusnahkan spesies aslinya mencerminkan tindakan kejam para diktator di dunia nyata.
Keputusan Bong Joon-ho untuk menjadikan Marshall sebagai karikatur dari berbagai tokoh politik, daripada parodi dari satu pemimpin tertentu, memberikan dimensi yang lebih kaya pada karakter tersebut. Pendekatan ini menghindari perbandingan langsung antara Marshall dan seorang diktator tertentu, dan memungkinkan penonton untuk menarik kesimpulan dan perspektif mereka sendiri. Dengan menggabungkan berbagai inspirasi, Marshall menjadi karakter unik yang mencerminkan kompleksitas kediktatoran dalam berbagai bentuk. Ini memungkinkan penonton untuk merenungkan fenomena kediktatoran secara lebih luas, tanpa terikat pada satu contoh spesifik.
