AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Film Warfare (2025) yang diproduksi oleh A24, rumah produksi yang sebelumnya sukses dengan Civil War (2024), hadir dengan tema perang yang mendalam dan autentik. Disutradarai oleh Alex Garland, yang dikenal dengan karya-karyanya seperti Ex Machina dan Annihilation, bersama Ray Mendoza, film ini menjanjikan pengalaman sinematik yang berbeda dari film-film perang pada umumnya.
Pemutaran perdana global Warfare berlangsung pada 16 Maret 2025 di Music Box Theatre, Chicago, AS, yang dihadiri oleh sutradara dan aktor Will Poulter. Setelah pemutaran terbatas tersebut, A24 menjadwalkan perilisan film ini secara luas pada 11 April 2025.
Warfare terinspirasi dari pengalaman nyata Ray Mendoza, mantan anggota Navy SEAL Amerika Serikat, yang terjebak dalam situasi mengerikan di Ramadi, Irak, pada 2006. Film ini mengisahkan tentang sebuah pleton Navy SEAL yang menjalankan misi pengintaian di wilayah pemberontak, namun mengalami kegagalan. Dengan pendekatan yang unik dan autentik, film ini menggambarkan dinamika peperangan modern dan ikatan persaudaraan di medan tempur, berdasarkan kesaksian langsung dan ingatan mereka yang benar-benar mengalami peristiwa tersebut.
Para aktor yang terlibat termasuk Michael Gandolfini, Will Poulter, dan Joseph Quinn, menjalani pelatihan intensif selama tiga bulan yang dipandu oleh mantan anggota Navy SEAL. Pelatihan ini bertujuan untuk mendalami karakter yang mereka perankan dan menghadirkan penampilan yang meyakinkan. Film ini berupaya menampilkan beragam sudut pandang dari para prajurit yang mengalami dampak fisik dan psikologis akibat pertempuran, dengan harapan dapat membangun suasana yang autentik dan mendalam.
Respons dari para kritikus terhadap Warfare cukup positif. David Ehrlich dari IndieWire menilai bahwa film ini lebih fokus pada pengalaman emosional daripada interpretasi konvensional, menggambarkan perang sebagai peringatan yang membekas dalam memori kolektif. Alex Godfrey dari Empire Magazine menekankan bahwa film ini secara lugas memperlihatkan kenyataan perang yang brutal dan tanpa kompromi, dengan pendekatan naratif yang bebas dari melodrama.
Secara keseluruhan, Warfare bukan sekadar film perang biasa, melainkan representasi sinematik yang mengunggah tentang trauma, persaudaraan, dan kenyataan pahit di balik medan tempur. Dengan narasi yang kuat dan pengalaman visual yang mendalam, film ini berhasil membangun koneksi emosional yang autentik antara cerita dan penonton, sekaligus mempertegas bahwa perang bukan hanya tentang strategi dan senjata, tetapi juga tentang luka yang menetap dalam jiwa.