Kamis 24 Apr 2025 15:20 WIB

Fenomena Duck Syndrome Terjang Kelas Menengah: Tenang di Luar, ‘Habis-habisan’ di Dalam

Rata-rata tabungan masyarakat disebut hanya sekitar Rp4,6 juta (November 2024).

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Keuangan kelas menengah (ilustrasi).
Foto:

Duck syndrome dari sisi psikologis

Dilansir laman Psych Central, duck syndrome terjadi ketika seseorang berusaha keras untuk menciptakan dan mempertahankan ilusi kehidupan yang sempurna di mata orang lain, meskipun di balik layar mereka berjuang dan berusaha keras untuk menjaga ilusi tersebut tetap utuh. Istilah ini terinspirasi dari gambaran seekor bebek yang tampak tenang dan meluncur mulus di permukaan air, padahal di bawahnya kakinya bergerak cepat dan tanpa henti untuk tetap maju. Sindrom ini pertama kali dicetuskan di Universitas Stanford dan meskipun bukan merupakan diagnosis gangguan kesehatan mental formal, dampaknya terhadap kesejahteraan mental seseorang bisa sangat signifikan.

Individu yang mengalami duck syndrome sering kali diliputi oleh ketakutan akan penilaian orang lain jika mereka mengetahui bahwa kehidupan mereka jauh dari sempurna. Mereka mungkin merasa terisolasi, seolah-olah tidak ada seorang pun yang benar-benar memahami atau dapat berempati dengan apa yang mereka alami. Namun, penting untuk disadari bahwa individu dengan duck syndrome tidaklah sendirian, ada banyak orang yang merasakan tekanan serupa untuk selalu tampil sempurna.

Tanda dan gejala duck syndrome

Meskipun duck syndrome belum diakui sebagai diagnosis resmi dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), ada beberapa tanda dan gejala umum yang sering kali dialami oleh mereka yang bergumul dengan fenomena ini. Gejala-gejala tersebut meliputi kecenderungan untuk terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain, sering kali merasa bahwa orang lain lebih baik atau lebih sukses, dan adanya perasaan kuat bahwa mereka gagal memenuhi tuntutan dan ekspektasi hidup.

Selain itu, individu dengan duck syndrome mungkin juga menunjukkan ketakutan berlebihan untuk diawasi atau dikritik, serta perasaan paranoid bahwa orang lain sengaja menciptakan situasi untuk menguji kinerja mereka. Lebih lanjut, duck syndrome berpotensi memicu atau memperburuk kondisi kesehatan mental yang mendasarinya, seperti depresi dan kecemasan, atau gejala kesehatan mental lainnya. Faktor-faktor seperti tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat menekankan pada pencapaian atau dibesarkan oleh pengasuh yang terlalu protektif juga dapat berkontribusi pada perkembangan duck syndrome.

Mengatasi duck syndrome

Mengatasi duck syndrome bisa menjadi tantangan tersendiri karena pemahaman yang mendalam tentang fenomena ini masih terbatas. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu individu mengatasi tekanan untuk selalu tampil sempurna ini. Mengingat duck syndrome dapat berkontribusi pada perkembangan depresi dan kecemasan, pendekatan penanganannya seringkali serupa dengan metode pengobatan untuk kedua kondisi tersebut.

Menjalani psikoterapi dengan seorang profesional kesehatan mental dapat memberikan dukungan dan bimbingan yang dibutuhkan untuk mengatasi duck syndrome. Terapis dapat membantu individu mengidentifikasi akar permasalahan, mengembangkan mekanisme koping yang sehat, dan membangun rasa percaya diri yang tidak bergantung pada validasi eksternal.

Terapi juga dapat membantu individu mengatasi perasaan terbebani oleh tuntutan hidup dan meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan. Membangun hubungan yang baik dan saling percaya dengan terapis adalah kunci untuk mendapatkan manfaat maksimal dari proses terapi.

Langkah penting lainnya dalam mengatasi sindrom bebek adalah dengan memprioritaskan perawatan diri. Ini berarti memberikan izin pada diri sendiri untuk tidak selalu sempurna dan mengakui bahwa tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja. Mencari dukungan dari orang-orang terdekat, seperti teman dan keluarga, juga sangat penting.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement