Jumat 25 Apr 2025 18:30 WIB

Anak Muda Rentan Alami Duck Syndrome, Ini Pemicunya Menurut Psikolog

Pemicu utama duck syndrome biasanya datang dari tekanan lingkungan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Anak muda mengalami duck syndrome (ilustrasi). Pemicu utama duck syndrome biasanya datang dari tekanan lingkungan, tuntutan akademik, pekerjaan, hingga ekspektasi sosial dari pertemanan atau keluarga.
Foto: Mgrol101
Anak muda mengalami duck syndrome (ilustrasi). Pemicu utama duck syndrome biasanya datang dari tekanan lingkungan, tuntutan akademik, pekerjaan, hingga ekspektasi sosial dari pertemanan atau keluarga.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA — Duck Syndrome menjadi salah satu fenomena psikologis yang belakangan cukup banyak diperbincangkan, terutama di kalangan muda. Istilah ini merujuk pada kondisi seseorang yang tampak tenang di luar, namun sebetulnya sedang berjuang keras secara emosional dan mental.

Guru besar bidang psikologi di Universitas Indonesia, Prof Rose Mini Agoes Salim, menjelaskan duck syndrome belum termasuk pada diagnosis gangguan mental, namun menjadi fenomena psikologis yang relevan dalam kehidupan banyak orang terutama kelompok dewasa muda. Menurut dia, istilah ini berasal dari analogi seekor bebek yang tampak tenang mengapung di atas air, padahal kakinya mengayuh cepat di bawah permukaan demi menjaga keseimbangan.

Baca Juga

“Orang dengan duck syndrome memang terlihat kalem, padahal sedang menghadapi banyak kesulitan. Ini bisa menjadi masalah kalau individu tersebut tidak mampu mengatasi tekanan yang dihadapinya,” kata Prof Rose saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (25/4/2025).

Dia mengatakan pemicu utama duck syndrome biasanya datang dari tekanan lingkungan, tuntutan akademik, pekerjaan, hingga ekspektasi sosial dari pertemanan atau keluarga. Akibatnya, seseorang terutama kelompok muda bisa mengalami kecemasan, stres, hingga kehilangan arah dalam hidup.

“Banyak dari mereka yang mengalami duck syndrome karena tidak memahami batas dirinya. Mereka bekerja melampaui kapasitas, tidak tahu cara membagi waktu, dan sulit menentukan prioritas,” kata Prof Rose.

Untuk menghindari dampak buruk jangka panjang, ia menyarankan anak muda untuk membangun konsep diri yang jelas, meningkatkan kepercayaan diri, serta belajar manajemen waktu dan prioritas. Menurut Prof Rose, kemampuan mengenali diri sendiri dan merilis stres dengan cara yang sesuai juga sangat penting.

“Setiap orang memiliki cara berbeda untuk melepas stres. Untuk satu orang, olahraga bisa tambah stres, tapi untuk orang lainnya mungkin aktivitas fisik itu bisa membuatnya lebih segar. Jadi untuk merilis stres sesuai saja dengan pribadi masing-masing, makanya kita harus mengenali diri kita,” kara Prof Rose.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement