AMEERALIFE.COM, JAKARTA — Psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Rose Mini Agoes Salim menanggapi perdebatan antara remaja bernama Aura Cinta dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal larangan acara perpisahan di sekolah. Prof Rose menilai, argumentasi yang dipaparkan Aura selama dialog menunjukkan kurangnya pemahaman soal prioritas hidup dan lemahnya kontrol diri.
Prof Rose mengatakan, berdasarkan video debat yang diunggah di YouTube, Aura tampaknya belum memahami skala prioritas dalam hidup. Meski keluarganya tak memiliki tempat tinggal seusai digusur, Aura tetap ngotot menuntut digelarnya acara perpisahan sekolah. Menurutnya, sikap tersebut juga mencerminkan lemahnya kontrol diri dan empati terhadap keluarga.
“Remaja seperti ini sedang dalam fase mencari identitas. Sayangnya, identitas yang dicari bukan pemahaman diri, tapi dari meniru teman-temannya. Jadi ketika lingkungannya menganggap perpisahan itu penting, ya dia akan menganggap penting juga, tanpa mempertanyakan manfaatnya,” kata Prof Rose saat dihubungi Republika.co.id pada Selasa (29/4/2025).
Prof Rose juga menilai, remaja kerap tidak memikirkan dampak jangka panjang. Yang dikejar hanya kesenangan sesaat dan penerimaan dari kelompok sosial, entah itu pertemanan atau tren media sosial.
“Yang dia perjuangkan hanyalah supaya peraturan itu diubah, dan agar teman-temannya merasa senang ada perpisahan. Sementara, masalah utama dalam kehidupannya tidak dianalisa, itulah remaja,” jelas Prof Rose.
Ia mengatakan masalah ini tak bisa sepenuhnya dibebankan pada anak. Menurut Prof Rose, idealnya orang tua dalam pengasuhan perlu menanamkan empati dan kontrol diri pada diri anak, sehingga anak bisa memahami perjuangan keluarga serta membedakan mana keinginan dan kebutuhan.
“Kalau dari kecil tidak dilatih empati, tidak diajari mengontrol diri, ya hasilnya seperti ini, anak hanya tahu menuntut apa yang dia pikir benar tanpa melihat pandangan orang,” kata dia.
Prof Rose menegaskan kasih sayang bukan berati memenuhi semua keinginan anak. Justru orang tua perlu berani membatasi hal-hal yang tidak esensial demi melindungi anak-anak dari konsekuensi negatif.
“Kasih sayang itu bukan berarti memberi apa-apa yang diinginkan anak. Kasih sayang adalah dengan mencegah sesuatu yang negatif dan tidak bermanfaat bagi anak,” kata Prof Rose.
Sebagai informasi, dalam perdebatan yang diunggah di saluran YouTube Dedi Mulyadi, gubernur Jabar tersebut mengatakan bahwa pelarangan perpisahan sekolah dimaksudkan untuk mengurangi beban finansial orang tua yang kerap harus membayar uang dalam jumlah besar untuk acara tersebut. Menurut Dedi, banyak orang tua terpaksa meminjam uang pada bank emok (sejenis rentenir) untuk menutupi pembiayaan perpisahan.
Namun demikian, Aura mengatakan jika tidak ada perpisahan, siswa tidak bisa merasakan berkumpul terakhir bersama teman-teman. Keluarga Aura sendiri merupakan korban penggusuran di bantaran kali.