Senin 19 May 2025 09:14 WIB

Ribuan ‘Racun’ Tersembunyi Mengintai di Balik Kemasan Makanan, Apa Dampaknya?

Paparan senyawa ini diduga kuat berkontribusi terhadap lonjakan penyakit kronis.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Makanan kemasan (ilustrasi). Menurut studi, ribuan bahan kimia sintetis yang tersembunyi dalam rantai pasok makanan modern, mulai dari pengolahan hingga pengemasan.
Foto: Dok. Freepik
Makanan kemasan (ilustrasi). Menurut studi, ribuan bahan kimia sintetis yang tersembunyi dalam rantai pasok makanan modern, mulai dari pengolahan hingga pengemasan.

AMEERALIFE.COM,  JAKARTA — Di balik kemasan makanan praktis yang tampak aman, ancaman serius tengah mengintai kesehatan masyarakat. Sebuah tinjauan ilmiah yang dipublikasikan di Nature Medicine mengungkap ribuan bahan kimia sintetis yang tersembunyi dalam rantai pasok makanan modern, mulai dari pengolahan hingga pengemasan.

Paparan senyawa ini diduga kuat berkontribusi terhadap lonjakan penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, dan kanker.

Baca Juga

Tim peneliti yang dipimpin oleh Jane Muncke dari Food Packaging Forum Foundation menyebut sistem pangan global saat ini telah menjadi distribusi utama bagi zat berbahaya, yang sebagian besar belum pernah diuji secara menyeluruh mengenai dampaknya terhadap kesehatan manusia. 

“Paparan bahan kimia dari makanan bukan hanya berasal dari pestisida, tetapi juga dari kemasan, peralatan produksi, hingga wadah penyimpanan. Itulah yang selama ini luput dari perhatian publik,” kata Muncke seperti dilansir laman Study Finds, Ahad (18/5/2025). 

Kemasan sekali pakai yang digunakan dalam makanan siap saji terbukti menjadi salah satu sumber utama kontaminasi. Misalnya, bisphenol A (BPA) yang kerap ditemukan dalam wadah plastik dan kaleng diketahui dapat mengganggu fungsi hormon. Saat wadah dipanaskan, seperti dalam microwave, risiko perpindahan BPA ke makanan meningkat signifikan.

Selain BPA, sejumlah produk juga berpotensi mengandung PFAS —zat kimia sintesis yang dijuluki bahan kimia abadi karena tidak dapat terurai dalam tubuh maupun lingkungan. Zat ini dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh dan berisiko memicu gangguan serius.

Studi ini juga mengungkap bahwa zat kimia yang bersentuhan langsung dengan makanan selama proses pengemasan dan pengolahan (foods contact chemicals/FCCs) sejatinya lebih berbahaya dibandingkan paparan pestisida. Saat ini sekitar 1.500 jenis pestisida digunakan secara global, namun jumlah FCCs yang telah diidentifikasi mencapai lebih dari 15 ribu dan para ahli memperkirakan jumlah sebenarnya bisa mendekati 100 ribu. 

“FCCs bisa ditemukan dalam kadar yang jauh lebih tinggi dibandingkan pestisida, dan sayangnya sebagian besar belum diuji dalam konteks paparan campuran seperti yang kita alami sehari-hari,” kata dia. 

Makanan ultraolahan (UPF) juga menjadi perhatian utama dalam studi ini. Produk-produk seperti makanan ringan, frozen food, dan camilan dalam kemasan terbukti menyimpan potensi paparan kimia paling tinggi.

Untuk mengatasi masalah ini, peneliti mendesak adanya reformasi kebijakan yang menyeluruh. Mereka mendorong pelarangan bahan kimia berbahaya, peningkatan metode pengujian bahan kimia dalam campuran, serta pengembangan bahan kemasan yang lebih aman dan berkelanjutan. 

“Semua bahan yang bersentuhan dengan makanan, baik itu kemasan, peralatan, maupun kontainer, harus diuji secara menyeluruh dengan metode modern termasuk potensi migrasi mikroplastik ke dalam makanan,” kata dia.

 

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement