Kamis 17 Jul 2025 07:18 WIB

Widianti Widjaja: Sempat Ragu, Kini Jadi Penjaga Mahakarya Batik Legendaris

Rumah Batik Oey Soe Tjoen telah genap berusia 100 tahun.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Widianti Widjaja, generasi ketiga Oey Soe Tjoen, saat konferensi pers Pameran Karya 3 Generasi Selama 100 Tahun di kawasan Cilandak, Rabu (16/7/2025).
Foto: Dok. Republika/Gumanti Awaliyah
Widianti Widjaja, generasi ketiga Oey Soe Tjoen, saat konferensi pers Pameran Karya 3 Generasi Selama 100 Tahun di kawasan Cilandak, Rabu (16/7/2025).

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Tak pernah terbayang oleh Oey Kiem Lian (Widianti Widjaja) dirinya akan menjadi penerus batik tulis halus legendaris. Pada 2002, ia diminta sang ayah yang merupakan generasi kedua untuk mengambil alih Rumah Batik Oey Soe Tjoen (OST), salah satu batik tertua di Indonesia yang berdiri sejak 1925 di Kedungwuni, Pekalongan.

"Papa mengarahkan saya untuk menerima warisan ini, walau saya sudah punya rencana hidup sendiri. Sempat rasanya seperti hidup saya berhenti," kata Widia mengenang awal perjalanannya.

Baca Juga

Meski awalnya tidak memiliki kecintaan dan latar belakang membatik, rasa tanggung jawab untuk merawat warisan keluarga perlahan muncul dalam diri Widia. Selama hampir empat tahun, ia mempelajari proses membatik dari karyawan yang bekerja semasa kepemimpinan sang ayah.

"Memang enggak ada dokumentasi atau panduan tertulis tentang prosesnya. Papa dan Engkong hanya meninggalkan sedikit catatan tentang rumusan warna. Jadi setelah Papa meninggal, saya belajar dengan cara mengamati langsung para pembatik bekerja," kata dia saat diwawancara di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (16/7/2025).

Proses belajar yang panjang dan tidak mudah itu akhirnya membentuk Widia menjadi sosok yang tak hanya mampu menjaga pakem batik OST, tetapi juga memberi napas baru. la mulai menambahkan sentuhan kreatif pada desain guna menyesuaikan perkembangan zaman tanpa meninggalkan ciri khas warisan leluhurnya.

Motif-motif kontemporer yang ia hadirkan termasuk motif naga bahkan BTS. "Tapi, elemen-elemen klasik seperti bunga tetap saya dipertahankan, sebagai bentuk penghormatan kepada nilai-nilai yang ditanamkan Engkong," kata Widia.

Engkong yang dimaksud Widia adalah Oey Soe Tjoen, sang pendiri batik OST. Didirikan bersama sang istri, Kwee Tjoen Giok Nio, OST telah merekam perjalanan sejarah melalui ragam motif yang mencerminkan lintas budaya. Motif awal batik OST terinspirasi dari buketan bunga khas Belanda. Seiring waktu, batik ini beradaptasi dengan gaya peranakan China seperti lotus, seruni, dan anggrek.

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement