Senin 28 Jul 2025 09:49 WIB

Dua Insinyur Perempuan Rancang Ulang Spekulum Vaginal untuk Kenyamanan Pasien

Alat pemeriksaan spekulum vaginal ternyata menyimpan cerita gelap.

Red: Indira Rezkisari
Pap smear bisa dideteksi menggunakan spekulum. Selama ini penggunaan alat medis tersebut kerap terasa tak nyaman bagi perempuan.
Foto: www.freepik.com
Pap smear bisa dideteksi menggunakan spekulum. Selama ini penggunaan alat medis tersebut kerap terasa tak nyaman bagi perempuan.

AMEERALIFE.COM,  JAKARTA -- Spekulum vaginal adalah alat yang digunakan setiap hari dalam pemeriksaan ginekologis di seluruh dunia. Dua insinyur perempuan dari Universitas Delft, Belanda, kini tengah merancang ulang alat yang sudah digunakan selama puluhan tahun ini agar tidak lagi menimbulkan rasa takut dan tidak nyaman bagi pasien.

Spekulum logam, alat yang sering diasosiasikan dengan rasa sakit saat pemeriksaan, tengah mendapatkan sentuhan baru dari Tamara Hoveling dan Ariadna Izcara Gual. Mereka adalah dua peneliti dari bidang desain teknik industri medis.

Baca Juga

“Saya punya banyak pengalaman dengan spekulum vaginal, sayangnya,” kata Hoveling, dilansir dari France 24, Senin (28/7/2025). “Saya tidak pernah merasa itu pengalaman yang menyenangkan, dan saya selalu bertanya-tanya kenapa bentuknya seperti itu.”

Sebagai kandidat PhD dalam desain industri medis, Hoveling menelusuri sejarah spekulum yang ternyata menyimpan cerita gelap. Salah satu model spekulum pertama dikembangkan sekitar 180 tahun lalu oleh dokter Amerika Serikat, James Marion Sims, dan "diuji coba pada perempuan budak tanpa izin," jelas Hoveling yang kini berusia 29 tahun.

“Fakta ini membuat saya semakin termotivasi untuk mengerjakan proyek ini,” ujarnya.

Hoveling pun menggandeng Izcara Gual, peneliti asal Spanyol yang saat itu tengah menempuh studi magister di bidang desain teknik industri di Universitas Delft. “Meski saya sudah menggambar desain baru dengan bentuk lebih halus, orang-orang tetap merasa takut dengan alat itu,” ujar Gual, 28 tahun.

Spekulum Cusco, model paling umum saat ini, adalah alat logam dengan pegangan dan sekrup untuk mengatur lebar bukaan setelah alat dimasukkan ke dalam vagina. Bagi banyak perempuan, proses ini tidak nyaman bahkan menyakitkan dan bisa menimbulkan kecemasan. “Saat spekulum dibuka, otot yang tegang tertekan dan itu semakin menyakitkan,” jelas Hoveling.

Karena itu, ia mencari bentuk yang lebih ramah tubuh perempuan. “Saya mulai melihat bentuk yang berkaitan dengan organ reproduksi, misalnya bunga yang juga terbuka.”

Karya terinspirasi bunga lily...

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement