Penulis senior dalam studi ini, Susan Cheng, menjelaskan bahwa Covid-19 dapat bertindak sebagai akselerator penyakit. Virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab penyakit pandemi tersebut dapat meningkatkan risiko untuk diagnosis yang mungkin akan diterima oleh individu di kemudian hari.
"Bisa jadi alih-alih didiagnosis diabetes pada usia 65 tahun, seseorang yang sudah memiliki risiko diabetes sebelumnya, mungkin setelah kena Covid-19, orang akan lebih cepat terkena diabetes, yakni pada usia 45 atau 55 tahun," jelas Cheng.
Diabetes tipe 1 berarti sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin. Sementara itu, tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau sel-sel tubuh tidak bereaksi terhadap insulin.
Para petugas medis mengatakan bahwa diabetes dapat merusak organ-organ vital dan pembuluh darah. Itu sebabnya mereka yang mengidapnya lebih berisiko terkena serangan jantung dan strok.
Prof Kwan mengatakan bahwa ketika masyarakat belajar untuk hidup berdampingan dengan SARS-CoV-2, semua juga harus belajar untuk mengobati kondisi yang terkait dengan efek sampingnya. "Tujuan utama kami, dengan setiap studi penelitian yang kami lakukan, adalah untuk menemukan cara agar orang tetap sehat dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari," kata dia.