AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Gaya hidup sedentari yang meningkat kala pandemi lalu, telah berkembang menjadi kebiasaan baru yang berdampak besar terhadap kebiasaan ngemil dan kesehatan pencernaan. Ada dua penyebab dari kebiasaan ngemil tersebut yang berdampak pada kesehatan pencernaan.
Pertama, karena selama menjalani gaya hidup sedentari, frekuensi untuk jajan atau ngemil untuk sekedar kenyang, meningkat. Kedua, selama pandemi terjadi peningkatan kecemasan dan gejala depresi, yang berdampak pada kesehatan pencernaan.
Motivasi yang paling umum untuk ngemil adalah lapar, budaya makan (kebiasaan jajan atau mencoba jajanan baru), gangguan makan, kebosanan dan kesenangan. Meskipun ngemil telah memiliki "citra buruk", camilan bisa menjadi bagian penting dari diet Anda.
Selama pola ngemil itu untuk memastikan nutrisi yang dibutuhkan tubuh terpenuhi, ngemil justru disarankan. Sayangnya kadang kita makan sebagai respons terhadap sebuah emosi (emotional eating), karena makan menyalakan sistem reward di otak yang membuat kita merasa lebih baik.
"Jadi ketika ngemil menjadi kebiasaan yang tidak sehat itulah yang menyebabkan atau memperburuk kondisi psikologis dan pencernaan kita," kata ahli nutrisi dr Dion Haryadi PN1 CHC dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Selasa (14/3/2023).
Dia menjelaskan, penelitian modern telah menemukan bahwa usus kita dapat berkomunikasi 2 arah dengan otak kita. Inilah yang sering membuat usus disebut sebagai otak kedua manusia.
"Bersama-sama, dua otak kita memainkan peran kunci dalam penyakit tertentu di tubuh kita dan kesehatan secara keseluruhan. Tentu saja, otak manusia yang membuat semua keputusan logis dan intelektual kita, namun otak di usus kita juga ikut berkontribusi pada kesehatan dan emosi kita," kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini.
Dion melanjutkan, bagi yang memiliki kebutuhan untuk ngemil, sebaiknya perhatikan frekuensinya, agar teratur dan terencana. Camilan yang baik dan sehat contohnya adalah yang terdiri dari serat seperti buah dan sayur, lemak baik seperti alpukat serta protein seperti yogurt dan telur rebus.
"Yogurt adalah salah satu makanan ringan yang baik untuk kesehatan. Karena yogurt adalah sumber protein, serat dan kalsium yang penting untuk otot dan tulang yang kuat," ujarnya.
Head of Marketing Dairy Cimory, Lidwina Tandy, mengatakan, Cimory Yogurt Squeeze 120 gr yang mengandung 120 Kcal, hadir sebagai solusi praktis dan baik untuk pencernaan, bagi mereka yang doyan dan butuh ngemil. Melalui kampanye “Ngemil No Worry Cuma Cimory”, Cimory Yogurt Squeeze kini hadir dalam kemasan yang lebih kecil 40 gr camilan yang pas untuk kapanpun. "Berdasarkan riset konsumen Cimory terbaru, Cimory Yogurt Squeeze yang memiliki tekstur creamy smooth, dan merupakan pilihan nomor 1 konsumen untuk kategori yogurt," ujarnya.
Sejak tahun 2013 Cimory memiliki program Miss Cimory yang memberikan kesempatan bagi ibu-ibu rumah tangga untuk bisa mandiri, produktif dan membantu keuangan keluarga. Melalui program ini, Cimory dan para ibu rumah tangga, berkembang bersama dengan menyebarkan edukasi mengenai pentingnya pemenuhan nutrisi keluarga melalui produk-produk Cimory.
"Ibu-ibu Miss Cimory sampai saat ini sudah mencapai lebih dari 4. 000 orang di seluruh Indonesia dan produk Cimory Squeeze 40 gr bisa Anda dapatkan melalui Miss Cimory," ujarnya.