AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Mendengkur saat tidur kerap dianggap sebagai hal yang biasa. Sebagian orang mungkin menganggapnya cukup mengganggu, namun ada pula yang menganggapnya lucu. Padahal, dengkuran bisa menjadi tanda adanya kondisi berbahaya yang dikenal sebagai apnea tidur obstruktif atau OSA.
Studi dalam ERJ Open Research mengungkapkan, sekitar satu dari lima orang mengalami OSA. Salah satu tanda yang paling umum ditunjukkan oleh penderita OSA adalah mendengkur dengan keras saat tidur.
OSA juga dapat membuat penderitanya berhenti bernapas sejenak saat tidur dan terkadang membuat mereka terbangun beberapa kali. Kondisi ini kerap membuat penderita OSA bangun dalam kondisi tidak segar di pagi hari.
Selain dapat memunculkan rasa lelah, OSA bisa meningkatkan risiko beragam masalah kesehatan. Beberapa di antaranya adalah strok, diabetes tipe 2, serangan jantung, dan tekanan darah tinggi.
Studi yang melibatkan 20.151 warga Prancis berusia dewasa sebagai partisipan ini juga menemukan bahwa hanya 3,5 persen penderita OSA yang mendapatkan terapi. Padahal, terapi dan perubahan gaya hidup bisa membantu orang-orang dengan OSA secara efektif.
Di samping itu, studi ini menemukan bahwa OSA cenderung lebih sering ditemukan pada pria berusia lebih tua. Orang-orang yang merokok, memiliki penyakit kardiovaskular, berstatus sosial ekonomi lebih rendah, mengalami gejala depresi, atau jarang bergerak aktif juga berisiko lebih besar terhadap OSA.
Meski OSA lebih banyak ditemukan pada pria, wanita juga menerima dampak yang signifikan dari kondisi ini. Alasannya, kasus OSA yang tak terdiagnosis lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria.
"Kita sudah tahu bahwa OSA adalah ancaman kesehatan yang besar, tetapi bila pasien terdiagnosis dengan kondisi ini, mereka bisa diberikan terapi dan saran untuk menanggulangi risiko-risikonya," lanjut ketua tim peneliti dari University of Paris-Cite, Dr Pauline Balagny, seperti dilansir Hindustan Times.
Yang menjadi masalah adalah, OSA merupakan masalah yang cukup umum ditemukan di tengah masyarakat. Akan tetapi, banyak dari orang yang menderita OSA tak sadar akan kondisi mereka.
"Temuan kami sejalan dengan studi-studi di negara-negara lain yang mengindikasikan bahwa OSA semakin umum ditemukan," kata dr Balagny.
Berdasarkan temuan ini, Kepala European Respiratory Society's Assembly on Sleep Disordered Breathing, Prof Winfried Randerath, menilai perlu adanya kesadaran yang lebih tinggi di tengah masyarakat terkait OSA. Kesadaran ini dapat ditingkatkan dengan cara mengenali gejala-gejala OSA. Dengan begitu, masyarakat dapat mewaspadai kemunculan kondisi ini pada diri sendiri atau orang terdekat mereka.
"Mereka (penderita OSA) bisa diberikan terapi dan anjuran untuk membantu mereka menurunkan risiko masalah serius, seperti strok, diabetes, dan penyakit jantung," ujar Prof Randerath.
Mayo Clinic mengungkapkan ada beberapa gejala OSA yang patut dikenali. Berikut ini adalah tujuh tanda dan gejala di antaranya:
1. Rasa kantuk berlebih pada siang hari
2. Mendengkur keras saat tidur
3. Mengalami gangguan bernapas, seperti napas berhenti, saat tidur
4. Tiba-tiba terbangun dengan perasaan seperti tercekik atau kehabisan napas
5. Terbangun dengan mulut kering atau nyeri tenggorokan
6. Kepala terasa sakit pada pagi hari
7. Kesulitan berkonsentrasi sepanjang hari