AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Hipertensi atau tekanan darah tinggi, sering kali dianggap sebagai penyakit orang tua. Namun, pandangan ini kini semakin usang. Tren gaya hidup di kalangan anak muda saat ini justru menempatkan mereka pada risiko yang jauh lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi hipertensi, bahkan sebelum memasuki usia paruh baya.
Sayangnya, banyak yang belum menyadari bahaya yang mengintai di balik kebiasaan sehari-hari mereka. Ahli kesehatan dr Kristin Tjandra membeberkan dua contoh gaya hidup paling mengkhawatirkan yang berpotensi besar menyebabkan hipertensi pada anak muda. "Dua contoh yang paling mengkhawatirkan dan masih banyak anak muda yang belum menyadarinya adalah konsumsi makanan-makanan kemasan atau ultraproses, dan kurangnya aktivitas fisik," ujar dr Kristin saat kuliah WhatsApp bersama Nutriclass bertema "Waspada Lifestyle Kekinian Picu Hipertensi" pada Rabu (28/5/2025).
Dia mengatakan, di tengah kesibukan dan tuntutan gaya hidup serbacepat, makanan dan minuman kemasan menjadi pilihan praktis yang menggiurkan bagi banyak anak muda. Mereka mudah didapatkan, praktis, dan sering kali menawarkan rasa yang memanjakan lidah. Namun, di balik kepraktisan dan kelezatan itu, tersembunyi bahaya besar. "Padahal, makanan kemasan umumnya tinggi akan natrium atau garam, dan jangan lupa dengan gula," ujarnya.
Banyak anak muda cenderung mengabaikan kandungan natrium dan gula yang tinggi ini. Mereka mungkin hanya melihat sisi praktis dan rasa enak tanpa menyadari dampak jangka panjang pada kesehatan mereka. Konsumsi natrium berlebihan adalah pemicu utama hipertensi karena menyebabkan tubuh menahan lebih banyak air, yang pada gilirannya meningkatkan volume darah dan tekanan pada dinding pembuluh darah.
Sementara itu, gula, meskipun tidak secara langsung menyebabkan hipertensi seperti natrium, dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan dan resistensi insulin, yang keduanya merupakan faktor risiko hipertensi. Kebiasaan mengonsumsi makanan ini secara terus-menerus lambat laun akan membebani sistem kardiovaskular, mendorong mereka lebih dekat ke ambang hipertensi.
Gaya hidup lain yang juga mengkhawatirkan yaitu kurangnya aktivitas fisik. Di era kemajuan teknologi seperti sekarang, segalanya terasa lebih mudah diakses dan dikendalikan hanya dengan sentuhan jari atau klik mouse. Hal ini secara tidak langsung mendorong gaya hidup yang cenderung sedentary atau minim gerak. "Zaman sekarang kan teknologi maju ya, semua bisa di-handle dengan alat-alat, sehingga menyebabkan kita jarang bergerak. Lebih banyak duduk, tiduran, dan lain-lain," kata dr Kristin.
Dampak dari gaya hidup minim gerak ini dinilai sangat serius bagi kesehatan organ tubuh. "Apa akibatnya jika berlangsung lama, akan merubah fungsi organ kita, fungsi organ menjadi berat bebannya," ujar dr Kristin.
Ia memberikan contoh spesifik pada jantung. "Kurang gerak membuat peredaran darah menjadi lebih lambat, pompa jantung berat, karena tidak ada bantuan dari otot-otot tubuh," kata dia.
Otot-otot tubuh yang aktif membantu memompa darah kembali ke jantung, mengurangi beban kerja organ vital ini. Ketika otot-otot pasif, jantung harus bekerja lebih keras untuk menjaga sirkulasi darah, yang seiring waktu dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. "Lama kelamaan terjadilah hipertensi," ujarnya.
Lebih jauh, dr Kristin juga menyoroti efek tidak langsung dari kurang gerak yaitu stres. "Stres juga bisa loh dihasilkan dari tubuh yang jarang bergerak," katanya.
Aktivitas fisik merupakan salah satu cara terbaik untuk mengelola stres dan melepaskan endorfin, hormon peningkat mood. Ketika tubuh jarang bergerak, mekanisme alami ini terhambat, menyebabkan penumpukan stres yang dapat memicu respons fisiologis seperti peningkatan detak jantung dan penyempitan pembuluh darah, yang semuanya berkontribusi pada hipertensi.
Membiarkan kedua kebiasaan ini berlanjut tanpa kesadaran dinilai dapat berakibat fatal. Hipertensi pada usia muda bukan hanya meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke pada kemudian hari, tetapi juga dapat memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Penting bagi anak muda untuk memahami bahwa kesehatan adalah investasi jangka panjang, dan gaya hidup yang mereka pilih hari ini akan menentukan kondisi kesehatan mereka di masa depan.
Oleh karena itu, sangat krusial untuk mulai melakukan perubahan gaya hidup. Ini bisa dimulai dengan membaca label nutrisi pada makanan kemasan dan memilih opsi dengan kadar natrium dan gula yang lebih rendah, atau beralih ke makanan segar yang diolah sendiri. Selain itu, mengintegrasikan aktivitas fisik ke dalam rutinitas harian, sekecil apa pun, seperti berjalan kaki, naik tangga, atau berolahraga ringan secara teratur, dapat membuat perbedaan besar. Kesadaran dan tindakan proaktif adalah kunci untuk menjauhkan diri dari ancaman hipertensi yang semakin membayangi generasi muda.
