AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Rasa cemas merupakan perasaan yang normal pada setiap manusia karena cemas merupakan alarm pada tubuh manusia. "Cemas biasanya diasosiasikan dengan hal negatif, padahal secara positif cemas berfungsi sebagai alarm tubuh agar kita berhati-hati," kata praktisi kesehatan mental yang juga psikolog Yudha Heka Satria pada acara diskusi mengenai kecemasan yang diikuti secara daring di Jakarta.
Ia mengatakan, perasaan cemas bekerja selayaknya alarm agar seseorang berhati-hati dan tahu cara mengatasinya seperti cemas sesaat sebelum wawancara pekerjaan, maupun cemas karena hal lainnya. Adapun jika manusia tidak mengalami kecemasan saat melakukan hal yang membuatnya tidak nyaman, menurut dia, keadaan tersebut merupakan hal yang tidak wajar.
Lebih lanjut, Yudha mengungkapkan, cemas adalah perasaan yang ada pada manusia karena pada dasarnya, cemas didasari oleh dua faktor, yaitu nature (alami) dan nurture (binaan).
"Contohnya jika kita memiliki orang tua yang suka khawatir atau insecure, secara tidak langsung akan menurunkan bakatnya kepada kita melalui genetik. Ini yang dimaksud dengan nature," kata psikolog asal Denpasar, Bali itu.
Kemudian, lanjutnya, contoh yang nurture adalah tempat di mana seseorang itu dibesarkan. Jika terdapat banyak orang yang memiliki kecemasan tinggi di lingkungan tersebut, ada kemungkinan seseorang itu juga ikut memiliki kecemasan yang tinggi.
Selain itu, cemas juga dapat ditimbulkan dari reaksi tubuh manusia terhadap situasi tertentu seperti kabar buruk dan kondisi fisik yang sedang tidak baik. "Seperti halnya pada orang yang memiliki penyakit kronis, umumnya mereka merasa cemas karena kondisi fisiknya," katanya.
Ia menyarankan agar tidak berlarut dalam kecemasan, karena kecemasan merupakan hal yang wajar dan ada pada setiap orang.
"Agar tetap bisa mengendalikan emosi dan fokus terhadap tujuan awal agar rasa kecemasan hilang dengan segera," kata Yudha.