Senin 19 Jun 2023 16:44 WIB

Operasi Ganti Kelamin, Remaja Lugu Transgender Dinilai tak Ubahnya Korban Mutilasi

Bedah rekonstruktif untuk kembalikan alat vital pria sulit dilakukan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Simbol LGBT (ilustrasi). Sejumlah remaja transgender menyesal melakukan operasi ganti kelamin.
Foto:

Prof Djordjevic juga meminta dua surat rekomendasi profesional untuk setiap orang, dan berusaha untuk tetap terhubung selama mungkin setelah operasi. Saat ini, dia masih berbicara dengan 80 persen mantan pasiennya.

Pada 2017, Djordjevic mengatakan semua pasien pembalikan adalah wanita transgender berusia di atas 30 tahun, yang ingin mengembalikan alat kelamin pria mereka. Selama dua dekade terakhir, usia rata-rata pasiennya telah berkurang lebih dari setengahnya dari 45 menjadi 21 tahun tahun.

Sementara pedoman World Professional Association for Transgender Health saat ini menyatakan tidak seorang pun di bawah usia 18 tahun yang boleh menjalani operasi, Djordjevic khawatir batas usia ini dapat segera dikurangi untuk memasukkan anak di bawah umur. Jika itu terjadi, dia akan menolak untuk mematuhi aturan.

"Ini lebih dari sekedar pembedahan, ini adalah masalah hak asasi manusia. Saya tidak dapat menerima mereka sebagai pasien karena saya takut apa yang akan terjadi pada pikiran mereka," ujar Prof Djordjevic.

Pada 2017, rujukan ke klinik identitas gender dewasa dan anak di Inggris telah meningkat secara dramatis selama 10 tahun terakhir. Pada April, Tavistock and Portman NHS Foundation Trust, satu-satunya klinik untuk remaja di Inggris, melaporkan 2.016 rujukan ke layanan pengembangan identitas gendernya, meningkat 42 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang dengan sendirinya menandai peningkatan 104 persen pada tahun sebelum itu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement