Berikutnya, antraks menjadi aktif dan mengeluarkan toksin di dalam tubuh herbivor. Antraks berkembang pada organ pertahanan tubuh, seperti kelenjar getah bening dan limpa (membuat limpa meradang dan membesar), serta beredar di peredaran darah.
Dokter Rian menyebutkan dalam utas tersebut bahwa sapi yang terkena antraks bisa mati mendadak dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tanda klinis yang jelas. Ada pula sapi yang menunjukkan tanda sakit secara umum seperti demam dan lemas, dan kemudian mati dalam beberapa hari.
Salah satu efek B. Anthracis adalah membuat darah sulit membeku sehingga hewan yang sudah mati pun darahnya masih mengalir. Kalau ada sapi mati mendadak, cara cepat untuk mendeteksi B. Anthracis adalah dengan mengambil sampel darah dan melihatnya di bawah mikroskop.
"Pengambilan sampel yang mudah adalah menusuk pembuluh darah di telinga," ujar drh Rian.
Menurut drh Rian, patut dicurigai sapi mati akibat antraks andaikan di bawah mikroskop ada bakteri yang bentuknya seperti B.anthracis dan ada sporanya. Selanjutnya, tubuh sapi dilarang dipotong.
“Nanti bakteri-bakteri di dalamnya bisa keluar dan mencemari lingkungan dan menjadi sumber penularan," kata drh Rian.