AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Menyembelih ternak sapi yang sakit untuk meminimalisir kerugian telah menjadi tradisi masyarakat Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Persoalan timbul ketika peternak tak mengetahui secara pasti penyakit sapinya.
Terlebih, sapi yang terkena antraks tidak boleh disembelih dan bangkainya harus dikubur. Sebenarnya, adakah cara jitu untuk mendeteksi penyakit antraks pada sapi yang sakit?
Lewat akun Twitter @RianHS, drh Rian mengaku dia belum tahu apakah ada cara paten untuk mendiagnosis antraks pada sapi yang sakit dan hendak disembelih. Sapi bisa saja diambil darahnya dan dilihat secara mikroskopis, seperti deteksi cepat pada hewan mati. Namun, syaratnya adalah bakteri harus sudah beredar di darah.
"Ini adalah kesulitan pertama," tulis drh Rian di utas tersebut, Rabu (5/7/2023)
Kesulitan kedua terkait dengan risiko. Bagaimana jika ternyata sapi yang disembelih terinfeksi antraks dan apa yang bisa dilakukan pada daging supaya aman dikonsumsi?
"Sependek pengetahuan saya, ini belum ada panduan atau pedomannya. Dalam referensi, sapi mati terduga antraks dilarang dibuka, dipotong-potong, diolah, apalagi dikonsumsi," ujarnya.
"Tidak seperti PMK (penyakit mulut dan kuku) yang ada panduannya, rebus daging pada sekian °C selama sekian menit. Antraks tidak ada."
Sebagai perbandingan, drh Rian juga menyertakan rekomendasi Organisasi Kesehatan Hewan Dunia untuk menginaktivasi spora B anthracis pada kulit, wol dan rambut, tepung tulang (BM), serta tepung daging dan tulang (MBM).
Dalam situasi di mana kulit dan kepala dari hewan liar dapat terkontaminasi dengan spora B. anthracis, prosedur desinfeksi yang dianjurkan alternatifnya adalah:
1. Pengasapan dengan etilen oksida 500 mg/liter, pada kelembapan relatif 20-40 persen, pada suhu 55 derajat Celsius selama tiga menit.
2. Pengasapan dengan formalin 400 mg/m3 pada kelembapan relatif 30 persen, pada suhu 15 derajat Celsius selama empat jam.
3. Iradiasi gamma dengan dosis 40 kg.