AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Sembelit bisa membuat pengidapnya merasa tidak nyaman. Kondisi di mana seseorang sulit buang air besar ini bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti kurang asupan cairan, kurang serat, kurang aktivitas fisik, atau efek samping pengobatan.
Kabar baiknya, ada sejumlah makanan yang bisa mencegah terjadinya konstipasi. Dikutip dari laman Business Wire, Jumat (2/17/2023), para dokter yang tergabung dalam Physicians Committee for Responsible Medicine atau Komite Dokter untuk Pengobatan yang bertanggung jawab sedang dalam gerakan untuk membagikan informasi itu seluas-luasnya.
Para dokter mengutip sebuah penelitian baru yang dipresentasikan dalam Konferensi Internasional Asosiasi Alzheimer (AAIC) di Amsterdam, Belanda belum lama ini. Riset itu menyoroti ada semakin banyak bukti yang menghubungkan sembelit dan mikrobioma usus manusia dengan penyakit alzheimer dan kesehatan otak.
Karena itu, Physicians Committee for Responsible Medicine tidak mau tinggal diam. Sebab, sembelit atau konstipasi kini tak bisa lagi dianggap sepele. Organisasi nirlaba advokasi kesehatan masyarakat yang beranggotakan lebih dari 17.000 dokter itu berbagi lima makanan teratas yang ampuh untuk mencegah sembelit.
Lima makanan itu adalah kacang polong, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Semuanya kaya serat dan dapat mendukung kesehatan usus.
"Kami sekarang lebih memahami masalahnya, bahwa sembelit menyebabkan kognisi yang jauh lebih buruk," ujar Presiden Physicians Committee for Responsible Medicine, Neal Barnard.
Dalam studi yang disoroti di AAIC, peneliti Chaoran Ma dari University of Massachusetts Amherst, dan timnya menemukan buang air besar yang lebih jarang berhubungan dengan fungsi kognitif yang lebih buruk. Dibandingkan dengan peserta yang buang air besar sekali sehari, partisipan yang mengalami konstipasi (buang air besar tiga hari sekali atau lebih jarang) memiliki kognisi yang jauh lebih buruk.
Kondisi yang disebut buruk itu setara dengan penuaan kognitif kronologis tiga tahun lebih. Selain itu, frekuensi buang air besar setiap tiga hari atau lebih jarang dikaitkan dengan kemungkinan penurunan kognitif subjektif sekitar 73 persen.