Penelitian sebelumnya menunjukkan orang dengan jetlag sosial mengonsumsi lebih sedikit serat dibandingkan mereka yang memiliki waktu tidur lebih konsisten. Studi lain menemukan jetlag sosial dikaitkan dengan penambahan berat badan, penyakit, dan kelelahan mental.
"Kualitas tidur yang buruk memengaruhi pilihan makanan sehat. Seseorang cenderung mendambakan makanan berkarbohidrat tinggi atau bergula," ujar Bermingham yang merupakan ilmuwan nutrisi senior di perusahaan ilmu kesehatan Zoe, dikutip dari laman BBC, Rabu (2/8/2023).
Pola makan yang tidak sehat kemudian dapat memengaruhi kadar bakteri tertentu di usus. Para peneliti menemukan bahwa tiga dari enam spesies mikrobiota yang lebih banyak pada kelompok jetlag sosial terkait dengan risiko obesitas, peradangan, serta strok.
Karena itu, para pakar menyarankan tidur teratur di waktu yang sama setiap hari. Meski demikian, hubungan antara tidur, diet, dan bakteri usus cukup rumit dan masih banyak hal yang harus diketahui. Sementara itu, para pakar menyarankan konsistensi jam tidur, setidaknya selama sepekan.
"Mempertahankan pola tidur yang teratur, kapan pergi tidur dan bangun setiap hari, adalah perilaku gaya hidup yang mudah disesuaikan, yang dapat memengaruhi kesehatan melalui mikrobioma usus menjadi lebih baik," kata Sarah Berry dari King's College London.