Fungsi lain ialah membersihkan lendir dari saluran napas, membantu mencegah infeksi, mencegah peradangan, meningkatkan kekebalan tubuh, dan mengempaskan alergi. Karena sifat-sifat itu, haloterapi dapat digunakan sebagai bagian dari beragam pengobatan.
Misalnya, untuk pasien infeksi paru-paru, infeksi tenggorokan, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), masalah pernapasan yang berhubungan dengan merokok, alergi pernafasan, asma, bronkitis, serta pilek atau batuk. Terapi garam juga bisa membantu memulihkan kondisi pasien radang paru-paru, radang selaput lendir, rinitis, tonsilitis, dan fibrosis kistik.
Selain itu, haloterapi dapat digunakan untuk mengatasi masalah pernapasan yang disebabkan oleh Covid-19, sehingga meningkatkan pernapasan dan jumlah oksigen dalam darah. Partikel garam kecil pun berkhasiat membantu memperbaiki sel kulit dan melindungi kulit dari penuaan dan infeksi.
Terapi ini tidak memiliki efek samping yang mencolok, namun beberapa orang mungkin mengalami batuk dan ada banyak lendir yang keluar setelah terapi garam akibat pembersihan saluran hidung. Walau jarang terjadi, ada yang mengalami iritasi kulit dan mata merah.
Seseorang perlu menghindari haloterapi jika mengidap hipertiroidisme, tekanan darah tinggi, TBC, masalah jantung, kegagalan pernapasan, serta kelainan darah seperti anemia, hemofilia, atau pembekuan darah. Pasien penyakit menular atau mengidap penyakit ganas seperti kanker juga tak disarankan melakukan terapi garam.
Orang yang sedang demam, memiliki luka terbuka, serta mengidap klaustrofobia alias takut tempat sempit dan tertutup kurang disarankan masuk ruang garam untuk terapi. Supaya benar-benar aman, berkonsultasilah dengan dokter sebelum mencoba haloterapi agar mengetahui risikonya berdasarkan riwayat dan kondisi kesehatan.