PM 2.5 inilah yang diduga menjadi partikel penyebab meningkatnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di kota-kota besar, termasuk Jabodetabek.
“Karena sifatnya iritasi, ada keluhan akut baik oleh gas maupun partikel, itu mata jadi sering berair, hidung mampet dan tersumbat, sakit tenggorokan, gatal dan batuk-batuk, dan mudah terjadi ISPA," tutur dr Feni yang praktik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur.
Apabila partikel polusi masih berukuran puluhan mikrometer, menurut dr Feni, maka masih bisa disaring oleh bulu-bulu hidung. Tetapi apabila ukurannya semakin kecil, bisa masuk ke kantong udara yang paling kecil atau alveolus, kemudian masuk ke aliran darah dan berbahaya bagi kesehatan.
Dokter Feni menyebutkan orang yang tinggal di wilayah dengan polusi tinggi, maka sistem pertahanan tubuhnya akan menurun. Meskipun sudah sembuh dari penyakit tertentu, tidak akan sempurna, bahkan berlanjut ke penyakit kronis lainnya.
Untuk itu, dr Feni mengimbau kepada masyarakat agar ikut berperan aktif mengurangi sumber polusi udara. Caranya ialah dengan tidak membakar sampah dan mulai menggunakan transportasi umum, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta tidak merokok.
"Para pemangku kebijakan juga agar segera membuat undang-undang dan peraturan terkait pengurangan polusi udara serta melakukan koordinasi lintas sektoral bersama akademisi dan profesi untuk memperbaiki kualitas udara," tuturnya.