"Sifilis pada bayi terus meningkat, dan situasinya sungguh menakutkan," kata Dr Laura Bachmann dari CDC, seperti dilansir Independent pada Ahad (19/11/23).
Menurut CDC, salah satu pemicu lonjakan kasus sifilis pada bayi adalah minimnya pengobatan pada ibu hamil yang terkena sifilis. Berdasarkan data, sekitar 88 persen ibu dari para bayi dengan sifilis tidak pernah menjalani pengobatan, mendapatkan pengobatan yang tidak layak, atau hanya mendapatkan pengobatan yang tak terdokumentasikan.
Lebih lanjut, sekitar 38 persen ibu yang melahirkan bayi dengan sifilis tidak pernah menjalani pengobatan sifilis sebelum kehamilan. Tak hanya itu, sebanyak 30 persen dari ibu yang melahirkan bayi dengan sifilis juga tidak pernah menjalani tes sifilis sebelum hamil, atau baru menjalani tes sifilis setelah hamil.
Menurut CDC, sekitar 90 persen kasus sifilis kongenital sebenarnya bisa dicegah melalui tes skrining dan pengobatan. CDC menganjurkan agar skrining sifilis dilakukan sebelum kehamilan, atau sesaat setelah calon ibu terbukti positif hamil.
Bagi perempuan yang berisiko tinggi terhadap sifilis, CDC juga merekomendasikan tes skrining di masa kehamilan. Tes skrining ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 28 pekan serta saat akan melahirkan.
Selain itu, calon orang tua juga bisa melakukan beberapa upaya pencegahan agar menularkan sifilis pada bayi. Salah satu bentuk upaya pencegahan tersebut adalah tidak melakukan hubungan seksual selain dengan pasangan, sehingga calon orang tua bisa terhindar dari penularan sifilis.
Hal lain yang dapat dilakukan calon orang tua adalah menghindari konsumsi alkohol dan penyalahgunaan narkoba. Alasannya, kedua hal ini dapat memunculkan dorongan untuk melakukan hubungan seksual yang bebas atau tak aman.
Mayo Clinic juga menyarankan agar perempuan atau calon ibu tidak melakukan perawatan douche atau pembersihan vagina dengan menyemprotkan cairan khusus. Alasannya, perawatan ini dapat membunuh sebagian bakteri baik di vagina dan meningkatkan risiko penularan IMS.
Bagi ibu menyusui yang terkena sifilis, Mayo Clinic juga meminta agar para ibu berhati-hati. Hindari proses menyusui bayi secara langsung bila memiliki lesi atau luka pada payudara.