AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Hemodialisis merupakan jenis prosedur cuci darah yang paling umum, prosedur ini bekerja menggunakan mesin bernama dialisis. Bagaimana cara kerjanya?
Konsultan Ginjal Hipertensi RS Medika Permata Hijau, dr Hery Emria, SpPD-KGH, menjelaskan proses penyaringan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui jarum dan tabung yang disambungkan ke lengan Anda.
"Darah tersebut kemudian akan dialirkan ke dalam mesin dialisis untuk disaring," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (6/12/2023).
Di dalam mesin, darah akan diedarkan melalui filter dialyzer, yang memindahkan limbah ke dalam larutan dialisis yang mengandung air, garam, dan zat tambahan lainnya. Dalam tahap ini, darah akan tersaring dan zat-zat bahaya akan dibuang sehingga darah akan dalam keadaan bersih dan siap dimasukan ke dalam tubuh kembali.
Darah yang telah disaring kemudian akan dialirkan kembali ke tubuh melalui jarum yang berbeda di lengan Anda. Selama proses ini berlangsung, dokter maupun petugas kesehatan akan terus memantau tekanan darah Anda untuk menyesuaikan seberapa cepat darah mengalir masuk dan keluar dari tubuh Anda.
Apakah ada risiko dan efek samping dari cuci darah? Setelah proses cuci darah dilakukan, tekanan darah mungkin akan turun menjadi rendah, ini mungkin juga bisa menimbulkan rasa mual, pusing atau bahkan pingsan. Namun tidak perlu khawatir karena semua kondisi Anda akan selalu di monitor dan ditangani oleh dokter.
Adapun beberapa efek samping lain dari hemodialisis meliputi nyeri dada atau nyeri punggung, sakit kepala, kulit yang gatal, kram otot dan sindrom kaki gelisah.
Beberapa risiko dan komplikasi dalam cuci darah juga bisa terjadi seperti infeksi pada tempat suntikan, aliran darah yang buruk, atau penyumbatan dari jaringan parut atau bekuan darah, namun ini jarang terjadi dan bisa ditangani oleh dokter.