Dokter Eddy juga menjelaskan kemungkinan efek samping atau komplikasi yang mungkin terjadi setelah menggunakan infus whitening, terutama yang dilakukan di luar lingkungan medis. Pekerjaan ini yang dilakukan di luar lingkungan medis berpotensi menimbulkan efek samping lokal, seperti reaksi kemerahan, nyeri, hingga phlebitis atau kerusakan pembuluh darah, serta infeksi kulit.
"Infus whitening yang tidak diawasi oleh tenaga kesehatan terlatih juga dapat menyebabkan gangguan pada organ seperti liver dan ginjal, reaksi alergi berat, serta gangguan sistemik lainnya," kata dr Eddy.
Beberapa bahan yang sering digunakan, seperti tranexamic acid, collagen, dan salmon DNA, sebenarnya memiliki manfaat untuk kulit. Namun, penggunaan yang tidak tepat, terutama melalui infus intravena, dapat membawa risiko pada kesehatan.
Begitu juga dengan infus chromosome penghambat gen SLC24A5, yang saat ini masih menjadi kontroversi. Dokter Eddy menegaskan bahwa belum ada penelitian yang memadai tentang manfaat dan keamanan dari injeksi ini pada manusia.
Dokter Eddy mengingatkan bahwa penggunaan infus whitening haruslah dipertimbangkan secara hati-hati. Sebaiknya, itu dilakukan di bawah pengawasan medis yang berpengalaman untuk meminimalisir risiko yang mungkin timbul.