Meski begitu, ada juga sejumlah ulasan dari penggemar Jepang yang mengkritik "Gyeongseong Creature" karena memaksakan citra Jepang yang sepihak dan negatif. Ada yang mengaku tidak bisa mendukung produksi yang menggambarkan negara tertentu sebagai negara jahat dan menanamkan citra yang kaku.
"Saya memahami bahwa Jepang menduduki negara lain, namun terkadang, ketika drama yang berlatar era ini menggambarkan masyarakat Jepang secara negatif, rasanya mereka sengaja memprovokasi sentimen anti-Jepang," kata ulasan lain di Filmarks.
Pakar media mengatakan drama dan film bisa menjadi pedang bermata dua dalam menyampaikan pesan sejarah. Beberapa orang Jepang yang telah menonton serial drama tersebut dan mengungkapkan pendapat bahwa mereka ingin belajar lebih banyak tentang sejarah Jepang.
"Itu seperti pemerintahan kolonialnya di Semenanjung Korea dan Unit 731, yang tidak mereka pelajari secara ekstensif di sekolah," kata sebuah media berita resmi yang berbasis di Jepang.
Mayoritas orang Jepang cenderung menganggap isu-isu sejarah dalam drama sebagai fiksi. Sebagian juga menganggapnya sebagai elemen yang meningkatkan ketegangan dalam plot dengan memunculkan sentimen anti-Jepang.
Mereka sering menganggap penggambaran ini sebagai "propaganda anti-Jepang" di Korea Selatan. Dengan demikian, ada batasan tertentu dalam penggunaan drama untuk pendidikan sejarah.
"Gyeongseong Creature" dibintangi oleh Park Seo-joon dan Han So-hee. Berlatar belakang pada musim semi tahun 1945, ketika Gyeongseong (nama lama untuk Seoul), berada di era tergelapnya, serial ini menggambarkan kisah orang-orang yang bertarung sengit di perbatasan antara hidup dan mati. Musim kedua akan tayang pada tahun ini.