Jumat 23 Feb 2024 16:38 WIB

Timbulkan Beban Ekonomi, Dokter Ungkap 3 Masalah Utama Hipertensi di Indonesia

Prevalensi hipertensi terus meningkat di Indonesia.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Pemeriksaan tekanan darah (Ilustrasi). Pengobatan yang teratur dan adekuat berperan penting dalam mencegah terjadinya komplikasi hipertensi yang bisa memberikan beban ekonomi besar.
Foto:

Menurut studi yang dilakukan di 15 negara berkembang, termasuk Indonesia, beban ekonomi akibat penyakit dan komplikasi hipertensi mencapai 1.497,36 dolar AS per orang per tahun. Beban ekonomi tersebut setara dengan Rp 23,37 juta per orang per tahun.

"Makin tinggi orang yang diobati, biarpun prevalensi (hipertensinya) tinggi, orang yang terkena strok, terkena serangan jantung, terkena gagal ginjal akan turun dengan sendirinya. Yang jadi masalah, kita sudah prevalensinya tinggi, nambah tinggi setiap tahun, kemudian yang diobati cuma 35 persen pada 2013," tambah dr Erwinanto.

photo
Gejala hipertensi - (Republika)

Masalah yang ketiga adalah pencapaian target kontrol tekanan darah pada penderita hipertensi. Penderita hipertensi dapat dikatakan terkontrol bila tekanan darahnya bisa menurun di bawah 140/90 mmHg.

"Itu adalah tiga masalah utama hipertensi di Indonesia, yang sebenarnya (menghadapi permasalahan hipertensi yang) sama dengan di dunia, tapi di kita (dampaknya) jadi besar karena jumlah penduduk kita besar," ujar dr Erwinanto.

Menurut dr Erwinanto, ketiga masalah utama ini dapat ditanggulangi dengan dua hal. Berikut ini adalah kedua hal tersebut:

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengetahui angka tekanan darah mereka dan menjaganya agar tidak naik melebihi batas normal. Dengan kesadaran yang lebih tinggi, diharapkan masyarakat dapat melakukan beragam upaya untuk mencegah terjadinya hipertensi lewat modifikasi gaya hidup.

2. Perbaikan diagnosis hipertensi. Penegakkan diagnosis hipertensi harus dilakukan dengan cara yang terstandarisasi, tidak bisa hanya dengan sekali pengukuran tekanan darah saja di klinik. Alasannya, pengukuran tekanan darah di klinik sering kali menunjukkan hasil yang lebih tinggi. Kondisi ini dikenal sebagai hipertensi jas putih atau white coat hypertension.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement