Margaretha menambahkan, faktor lingkungan yang juga mempengaruhi adalah perilaku teman sebaya. Selain itu, pelaku perundungan biasanya adalah orang yang kurang cakap menyelesaikan persoalan pribadi dan sosialnya, sehingga mereka menggunakan tindakan kekerasan sebagai cara yang sebenarnya tidak efektif.
"Atau kekerasan sebagai pengalihan akibat tidak bisa menyelesaikan persoalan," ucap Margaretha.
Adapun beberapa faktor yang membuat seseorang berisiko tinggi menjadi korban perundungan antara lain kurangnya dukungan sosial, kelemahan penyelesaian konflik, serta memiliki kebutuhan khusus atau disabilitas.
"Semua orang bisa mengalami agresi. Tapi yang biasanya jadi korban lebih lama adalah mereka yang lebih lemah secara sosial, atau mereka yang punya disabilitas. Contohnya, siswa dengan disabilitas di sekolah inklusi rentan mengalami bullying," kata Margaretha.
Margaretha menambahkan, tidak semua korban perundungan menjadi trauma. Hal ini tergantung pada bagaimana mereka menyelesaikan masalah dan mendapatkan bantuan. Ia menambahkan, melapor adalah salah satu cara untuk menghentikan perundungan.
Gejala trauma akibat perundungan pun bervariasi pada setiap individu. Contohnya dihantui rasa takut berlebih, menarik diri, bisa juga menjadi lebih reaktif atau sensitif. Namun, secara umum, mereka yang mengalami trauma akan menjadi sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari, menghadapi situasi sosial, atau mengatasi kecemasan dirinya.