Mengenai efektivitasnya, Djatnika mengungkapkan dari dua kali suntik vaksin DBD tersebut, mampu menjaga kekebalan hingga 48 bulan atau tiga tahun. Sejauh ini, vaksin DBD telah teruji dalam menurunkan angka sakit dan dirawat akibat penyakit dari gigitan nyamuk Aedes aegypti tersebut.
"Sekarang sudah fase empat penelitiannya, izin edar dari BPOM sudah ada. Kendalanya, biayanya masih mahal dan belum tersedia di (rumah sakit) pemerintah. Hanya di beberapa rumah sakit swasta," ucapnya.
Lebih lanjut, Djatnika mengungkapkan bahwa vaksin DBD ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut. Hal yang sama berlangsung dengan vaksin Covid-19.
"Setelah 48 bulan (kekebalan dari vaksin), dilakukan penelitian lagi. Tinggal berapa persen kekebalannya. Ini sedang dikembangkan lagi, perlu penguat (booster) atau enggak," tuturnya.