Meski begitu, seruan Lawrence tak sepenuhnya mendapat respons positif dari warganet. Sebagian malah mengejeknya dengan mengatakan bahwa mereka sudah ngevape bertahun-tahun tetapi fungsi parunya baik-baik saja.
Lawrence pun menegaskan bahwa dia tidak berbohong tentang kondisinya. Dia mempersilakan warganet untuk mengambil sikap terkait konsumsi vape.
I’m tired of having my phone blow up with people saying I’m lying about a serious health scare that I had, if you don’t believe me that’s absolutely fine, keep smoking for all I care, this message was for the people in my life that follow me, not the trolls of the internet.
— joe🔜 EDCLV🪩 (@j0elawrence) March 13, 2024
Tingginya popularitas penggunaan vape, terutama di kalangan anak-anak, telah menjadi perhatian serius bagi para ahli kesehatan. Sekitar 4,5 juta orang di Inggris menggunakan vape.
Sebanyak 15,5 persen di antaranya berusia di bawah 25 tahun. Bahkan, data National Health Service (NHS) menunjukkan bahwa satu dari 10 anak usia 11 hingga 15 tahun menggunakan vape secara rutin.
Kenaikan konsumsi vape, terutama merek sekali pakai, telah memicu respons dari pemerintah. Larangan penggunaannya diumumkan oleh PM Inggris Rishi Sunak tahun lalu.
Meskipun rokok elektrik digadang lebih sehat daripada rokok tradisional, masih ada kekhawatiran tentang dampak jangka panjangnya terhadap kesehatan. Dokter dari Johns Hopkins University di Amerika Serikat, Panagis Galiatsatos, menyatakan bahwa penggunaan vape berulang kali dapat menyebabkan dinding paru-paru kehilangan ketahanannya, sehingga meningkatkan risiko robekan dan cedera pada paru-paru.