Di seluruh dunia, keffiyeh terus menjadi pernyataan solidaritas yang membanggakan dan pengingat visual bahwa perjuangan untuk ketahanan Palestina masih kuat. Keffiyeh awalnya dijadikan pelindung kepala dan penutup wajah, namun kemudian menjadi simbol kelas pekerja Arab melawan kolonialisme Inggris pada 1930-an.
Hampir 100 tahun kemudian, keffiyeh kemudian menjadi simbol utama transnasional bagi mereka yang mendambakan pembebasan Palestina. Dikutip dari The New Arab, beberapa bulan terakhir, dunia telah menyaksikan genosida di Gaza.
Ini membuat keffiyeh tidak hanya menjadi sebuah pengakuan publik bagi mereka yang berada di sisi kanan kemanusiaan, namun juga sebuah pengingat akan resiliensi di Gaza, bangsa yang menolak melihat negara dan warisannya lenyap dalam sejarah.
Keffiyeh telah memainkan peran ini sejak pertama kali menjadi simbol antikolonialisme, namun hal ini dibatasi oleh geografi, bahasa dan budaya. Keffiyeh pertama kali menjadi simbol politik perlawanan terhadap Barat selama pemberontakan Arab tahun 1936-1939 di Palestina ketika para pejuang perlawanan memakainya di wajah mereka untuk melindungi identitas mereka dari tentara Inggris.
Selanjutnya, jilbab menjadi simbol "pembuat onar" bagi Inggris, dan orang-orang Palestina yang memakainya akan ditangkap karena dicurigai. Sejak saat itu, konotasi politik keffiyeh terus berlanjut, namun ini menjadi simbol solidaritas global ketika perjuangan Palestina mencapai puncaknya secara global.
Intinya, semakin banyak orang fokus pada Palestina, keffiyeh pun semakin populer. "Saya telah berada di Inggris selama tiga tahun, dan ini adalah bentuk solidaritas terkuat yang pernah saya lihat untuk Palestina," kata Rania, seorang mahasiswa Yordania-Palestina yang tinggal di Inggris.
Sejak 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan ke Israel, sementara rakyat Palestina di Gaza terus menerus mengalami genosida. Publik telah menyaksikan penghancuran sekolah, rumah sakit, tempat ibadah dan rumah. Terenggutnya nyawa anak-anak, para lansia, dan warga yang menjadi pengungsi seolah mengingatkan tragedi 1948.