"Meskipun sulit untuk mengatakan seberapa besar risiko Anda tertular penyakit dari pakaian bekas, orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah mungkin memiliki risiko terbesar. Jika sistem kekebalan tubuh Anda terganggu, Anda harus lebih berhati-hati sebelum mengenakan pakaian bekas," kata peneliti, Primrose Freestone, dilansir Study Finds, Jumat (15/11/2024).
Peneliti mengatakan kulit manusia secara alami dilapisi oleh jutaan bakteri, jamur, dan virus, yang secara kolektif dikenal sebagai mikrobioma kulit. Ini berarti setiap pakaian yang kita kenakan bersentuhan erat dengan mikroba ini.
Beberapa mikroba umum yang hidup pada kulit termasuk bakteri Staphylococcus (yang menyebabkan infeksi staph), Streptococcus (bakteri di balik strep A), jamur seperti Candida (spesies ragi yang paling sering menyebabkan sariawan), dan virus seperti Human papillomavirus (yang menyebabkan HPV). Mikroba kulit dapat hidup pada asam amino dalam keringat, serta minyak sebasea yang dilepaskan dari folikel rambut dan protein sel kulit, yang semuanya menempel pada pakaian saat kita mengenakannya.
"Setiap individu memiliki mikrobioma kulit yang unik sehingga apa yang normal dan tidak berbahaya bagi seseorang bisa menimbulkan penyakit bagi orang lain," kata peneliti.
Sebagai bentuk pencegahan atas risiko bakteri, peneliti menyarankan untuk mencuci pakaian bekas yang baru dibeli dengan deterjen pada suhu sekitar 60 derajat Celsius. Ini tidak hanya akan membersihkan kotoran dari pakaian, tetapi juga akan menghilangkan kuman dan menonaktifkan patogen.
"Air dingin tidak akan bekerja dengan baik untuk menghilangkan patogen di dalam pakaian. Jadi, jika pencucian dengan suhu tinggi tidak memungkinkan, gunakan desinfektan cucian untuk membunuh kuman yang ada," ujar peneliti.