Mengutip hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli neonatologi di 3 universitas besar Italia, Milan, Turin dan Roma, dan telah dipublikasikan di Frontier Volume 11 - 2023, dijelaskan bahwa ASI mengandung banyak faktor bioaktif, termasuk imunoglobulin, laktoferin, lisozim, dan sitokin, yang berkontribusi pada sistem kekebalan bayi dan memberikan perlindungan dari infeksi.
Faktor-faktor ini sangat penting bagi bayi prematur, yang memiliki sistem kekebalan yang belum matang dan lebih rentan terhadap infeksi. Dalam artikel tersebut juga dijelaskan bahwa pemberian ASI telah dikaitkan dengan peningkatan hasil kognitif dan perkembangan saraf pada bayi.
Ketersediaan ASI, terutama untuk bayi prematur yang lahir dengan berat badan sangat rendah, merupakan sebuah tantangan. Di berbagai tempat layanan kesehatan, bayi dengan berat badan lahir rendah mungkin tidak memiliki akses ke ASI dalam jumlah cukup, sehingga dapat menghambat perkembangan mereka. Kondisi inilah yang membuat RSCM merasa perlu mengembangkan Breast Milk & Enteral Nutrition Center sebagai bagian dari perawatan neonatal yang komprehensif.
Menurut Rinawati, idealnya satu ruangan perawatan diperuntukkan satu bayi prematur. Selain menjaga kenyaman dan privasi, juga kemungkinan penularan infeksi menjadi kecil. Tetapi hal tersebut belum dapat diterapkan di Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar, terlebih di RSCM sebagai rumah sakit rujukan nasional. Maka pilihan terbaik adalah membagi fasilitas dengan kategori tersebut di atas.
Rinawati sebagai penggagas Breast Milk & Enteral Nutrition Center, mengungkapkan, layanan yang diberikan di fasilitas ini tidak hanya berpusat pada bayi dan kesehatannya, melainkan edukasi dan pelatihan bagi orang tua dan pengasuh anak tentang pemberian nutrisi terbaik sesuai kondisi bayi yang mereka hadapi.
Lebih detail, Rinawati menjelaskan bahwa bayi prematur khususnya yang lahir 28-32 minggu kehamilan [very preterm premature] memiliki risiko besar mengalami Necrotizing Enterocolitis (NEC) gangguan usus yang sangat berbahaya dan sangat sering dialami bayi prematur. ASI adalah satu-satunya asupan yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut.
Sayangnya tidak semua bayi prematur bisa tercukupi oleh ASI ibunya tepat setelah kelahiran. “Jadi, jika ibu para bayi prematur ini belum dapat memberikan ASI pada bayinya, setiap instalasi NICU yang melayani para bayi prematur harus berperan mengupayakannya. Sambil menunggu ASI ibu tersedia, salah satu cara adalah dengan memberikan ASI donor. Di Indonesia hal ini belum diterima secara terbuka, sehubungan penerapan anjuran agama tertentu yang perlu memastikan identitas setiap pendonor ASI. Situasi ini menyebabkan layanan ASI donor belum optimal dilakukan di fasilitas kita,” ungkap dia.