AMEERALIFE.COM, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) resmi melarang penggunaan pewarna makanan berwarna merah (yang disebut Red 3 atau Erythrosine) pada makanan, suplemen makanan, dan obat-obatan yang diminum. Pelarangan ini dilakukan setelah pewarna tersebut terbukti berpotensi memicu kanker.
“FDA mengambil tindakan yang akan menghapus otorisasi penggunaan pewarna Red 3 pada makanan dan obat-obatan yang dikonsumsi. Bukti laboratorium menunjukkan paparan tinggi pewarna tersebut menyebabkan kanker pada tikus uji,” kata Jim Jones, wakil komisaris FDA untuk pangan, seperti dilansir Fox News, Jumat (17/1/2025).
Produsen makanan diwajibkan menghapus pewarna makanan ini dari produk mereka paling lambat pada Januari 2027, sementara produse obat-obatan diberikan batas waktu hingga 2028. Semua makanan yang diimpor ke AS dari negara lain juga akan tunduk pada peraturan baru ini.
Jones mengatakan Red 3 yang berasal dari minyak bumi banyak digunakan sebagai zat aditif untuk memberikan warna merah cerah pada makanan dan obat-obatan. Petisi untuk melarang pewarna tersebut mengacu pada Delaney Clause, yang menyatakan bahwa badan tersebut tidak dapat mengklasifikasikan zat pewarna sebagai aman jika telah ditemukan menyebabkan kanker pada manusia atau hewan. Sementara itu, pewarna tersebut telah dihapus dari kosmetik hampir 35 tahun yang lalu karena potensi risiko kanker.
“Ini adalah tindakan yang disambut baik, tetapi sudah lama tertunda, dari FDA: menghapus standar ganda yang tidak berkelanjutan di mana Red 3 dilarang untuk lipstik namun diizinkan untuk permen,” kata Direktur Kelompok Center for Science in the Public Interest, dr Peter Lurie, yang memimpin upaya petisi tersebut, seperti yang dilaporkan oleh AP.
Profesor klinis kedokteran di NYU Langone Health dan analis medis senior Fox News, Marc Siegel, mengapresiasi larangan FDA tersebut. “Sudah lebih dari 30 tahun sejak bahan ini dilarang dalam kosmetik di AS karena adanya bukti bahwa bahan ini bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi pada tikus laboratorium. Perlu ada konsistensi antara apa yang kita pakai di kulit dan apa yang kita masukkan ke dalam mulut,” kata Siegel.