Kamis 13 Feb 2025 08:49 WIB

Perubahan Iklim Kemungkinan Memperpanjang Masa Kehamilan

Kehamilan berkepanjangan dapat memiliki implikasi kesehatan yang serius.

Rep: Lintar Satria/ Red: Indira Rezkisari
Ibu hamil (ilustrasi)
Foto: Republika
Ibu hamil (ilustrasi)

AMEERALIFE.COM,  PERTH -- Penelitian New Curtin University, Australia, menemukan paparan polusi udara dan suhu panas ekstrem meningkatkan risiko kehamilan berkepanjangan atau kehamilan post-term. Penelitian ini menunjukkan pengaruh perubahan iklim bagi kesehatan ibu hamil.

Penelitian ini menganalisis data lebih dari 400 ribu kelahiran di Australia Barat. Hasil penelitian menunjukkan paparan partikel kecil yang dapat masuk ke dalam tubuh PM2,5 dan stres biotermal (ukuran yang menggabungkan suhu udara, suhu radiasi, kelembapan relatif, kecepatan angin, dan fisiologi manusia) memperpanjang masa kehamilan hingga melewati masa normalnya yakni, 41 minggu.

Baca Juga

Penulis utama penelitian ini Dr Sylvester Dodzai Nyadanu dari Kajian Kesehatan Populasi di New Curtin University mengatakan meski sudah lama diketahui paparan iklim berkaitan dengan kelahiran prematur. Tetapi untuk pertama kalinya diketahui iklim juga berdampak pada kelahiran berkepanjangan.

"Kita sudah tahu risiko kesehatan lahir terlalu cepat atau prematur, yang terdokumentasikan dengan baik, tapi masih sedikit perhatian pada risiko lahir terlalu terlambat," kata Nyadanu seperti dikutip dari Eurasia, Kamis (13/2/2025).

Nyadanu menjelaskan tekanan lingkungan termasuk yang berkaitan iklim selama masa kehamilan, memberi tekanan pada kehamilan dan pada akhirnya mengganggu aktivitas endoktrin dan inflamasi, yang akhirnya mengakhiri kehamilan. "Hal ini dapat memperpendek masa kehamilan, yang menyebabkan kelahiran prematur, atau dalam beberapa kasus memperpanjang masa kehamilan, yang mengakibatkan kehamilan berkepanjangan," kata Nyadanu.

Nyadanu mengatakan kehamilan berkepanjangan dapat memiliki implikasi kesehatan yang serius bagi ibu dan bayi. Termasuk perlunya intervensi medis seperti induksi persalinan atau operasi caesar, meningkatkan risiko lahir mati, komplikasi kelahiran, kematian anak, masalah perilaku dan emosional anak usia dini, dan dampak emosional pada keluarga.

"Saat perubahan iklim mengakibatkan semakin seringnya cuaca ekstrem dan memperburuk kualitas udara, penting untuk mengakui potensinya berdampak pada kesehatan ibu dan anak," katanya.

Ia menyarankan petugas medis, para pembuat kebijakan dan perempuan hamil terutama dari kelompok rentan, harus memperhatikan paparan tekanan lingkungan dari iklim saat memeriksa risiko kehamilan dan merencanakan intervensi.

"Penelitian ini menyoroti perlunya kebijakan yang ditargetkan dan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko kesehatan terkait iklim, termasuk peraturan kualitas udara yang lebih baik dan inisiatif kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk melindungi ibu hamil dan anak-anak dari kondisi iklim ekstrem," kata Nyadanu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement